Quantcast
Channel: Good News from Indonesia » Akhyari Hananto
Viewing all 811 articles
Browse latest View live

Indonesia, Rumah Terbesar bagi Burung Surga

$
0
0

Burung Cendrawasih layak digelari sebagai Burung Surga (Bird of Paradise). Burung Cendrawasih yang merupakan burung khas Papua, terutama yang jantan, memiliki bulu-bulu yang indah layaknya bidadari yang turun dari surga (kayangan). Keindahan bulu Cendrawasih tiada duanya.

Burung Cendrawasih merupakan sekumpulan spesies burung yang dikelompokkan dalam famili Paradisaeidae. Burung yang hanya terdapat di Indonesia bagian timur, Papua Nugini, dan Australia timur ini terdiri atas 14 genus dan dan sekitar 43 spesies. 30-an spesies diantaranya bisa ditemukan di Indonesia.

Oleh masyarakat Papua, burung cendrawasih dipercaya sebagai titisan bidadari dari surga. Dulunya burung ini dianggap sebagai burung cantik tetapi tidak berkaki. Mereka tidak akan turung ke tanah tetapi hanya berada di udara saja lantaran bulu-bulunya yang indah. Karena itu kemudian burung Cenderawasih terkenal sebagai Bird of Paradise atau Burung Surga (Kayangan). Dan beberapa jenis yang terkenal adalah dari genus Paradisaea yang penamaannya berasal dari kata Paradise.

 

 

Diskripsi dan Ciri Cendrawasih. Burung-burung Cendrawasih mempunyai ciri khas bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung jantan. Umumnya bulunya berwarna cerah dengan kombinasi beberapa warna seperti hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.

Ukuran burung Cenderawasih beraneka ragam. Mulai dari yang berukuran 15 cm dengan berat 50 gram seperti pada jenis Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius), hingga yang berukuran sebesar 110 cm Cendrawasih Paruh Sabit Hitam (Epimachus albertisi) atau yang beratnya mencapai 430 gram seperti pada Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung (Manucodia comrii).

Keindahan bulu Cendrawasih jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis. Untuk ‘merayu’ betina agar bersedia diajak kawin, burung jantan akan memamerkan bulunya dengan melakukan tarian-tarian indah. Sambil bernyanyi di atas dahan, pejantan bergoyang dengan berbagai gerakan ke berbagai arah. Bahkan terkadang hingga bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Namun, tiap spesies Cendrawasih tentunya punya tipe tarian tersendiri.

Burung Cendrawasih mempunyai habitat hutan lebat yang umumnya di daerah dataran rendah. Burung dari surga ini dapat dijumpai di beberapa pulau di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Papua. Selain itu juga dapat ditemukan di Papua Nugini dan Australian Timur.

Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda)

Jenis-jenis Burung Cendrawasih. Cenrawasih terdiri atas 13 genus yang mempunyai sekitar 43 spesies (jenis). Indonesia merupakan negara dengan jumlah spesies Cendrawasih terbanyak. Diduga sekitar 30-an jenis Cendrawasih bisa ditemukan di Indonesia. Dan 28 jenis diantaranya tinggal di pulau Papua.

Beberapa jenis Cendrawasih yang terdapat di Indonesia diantaranya adalah:

Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius)

  • Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus); endemik Maluku.
  • Cendrawasih Panji (Pteridophora alberti); Papua
  • Cendrawasih Kerah (Lophorina superba); Papua
  • Cendrawasih Paruh-sabit Kurikuri (Epimachus fastuosus); Papua.
  • Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica); endemik pulau Waigeo, Raja Ampat.
  • Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius); Papua dan pulau sekitar.
  • Cendrawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
  • Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii); endemik Maluku.
  • Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca); Papua.
  • Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
  • Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
  • Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
  • Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra); endemik pulau Waigeo, Indonesia.
  • Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus); Indonesia, Papua Nugini, dan Australia.
  • Manukodia Mengkilap (Manucodia ater); Indonesia dan Papua Nugini.
  • Paradigala Ekor-panjang (Paradigalla carunculata); Papua.
  • Astrapia Arfak (Astrapia nigra); endemik Papua, Indonesia.
  • Parotia Arfak (Parotia sefilata); endemik Papua, Indonesia.
  • Pale-billed Sicklebill (Drepanornis bruijnii); Indonesia dan Papua Nugini.

Burung Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca) ditetapkan menjadi Fauna Identitas provinsi Papua. Dan beberapa jenis seperti Cendrawasih Raja, Cendrawasih Botak, Cendrawasih Merah, Toowa, dan Cendrawasih Kuning Kecil, telah masuk dalam daftar jenis satwa yang dilindungi berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 dan PP No 7 Tahun 1999.

Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor)

Sayangnya populasi burung Cendrawasih semakin hari semakin terancam dan langkaakibat perburuan dan perdagangan liar yang terus berlangsung.

Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Passeriformes; Famili: Paradisaeidae; Genus: Lycocorax, Pteridophora, Lophorina, Epimachus, Cicinnurus, Semioptera, Seleucidis, Paradisaea, Ptiloris, Manucodia, Paradigalla, Astrapia, Drepanornis, dan Parotia. Spesies: lihat artikel.

Referensi dan gambar:

Alamendah.org


Jenis Anggrek Terbesar dan Terkecil di Dunia, ada di Indonesia

$
0
0

Anggrek terbesar dan terkecil di dunia terdapat di Indonesia. Adalah anggrek tebu atau Grammatophyllum speciosum yang menyandang predikat sebagai anggrek terbesar di dunia. Sedangkan anggrek terkecil di dunia disandang oleh Oberonia sp.

Baik anggrek terbesar maupun terkecil, kedua-duanya merupakan tumbuhan asli Indonesia. Bahkan jenis anggrek dari genus Oberonia yang menjadi anggrek terkecil di dunia merupakan tumbuhan endemik kepulauan Mentawai, Indonesia.

Anggrek Terbesar di DuniaGrammatophyllum speciosum yang sering disebut sebagai anggrek tebu, anggrek ratu, anggrek harimau, atau anggrek macan (meskipun untuk dua nama yang terakhir agak rancu dengan spesies anggrek Grammatophyllum scriptum yang memiliki nama serupa), dan dalam bahasa Inggris disebut Sugar Cane Orchid, Giant Orchid, atau Queen of the Orchids, menyandang predikat sebagai anggrek terbesar.

Anggrek yang mempunyai panjang malai hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm, dengan satu rumpunnya mempunyai berat hingga 1 ton ini, selain menyandang sebagai anggrek terbesar juga diyakini sebagai anggrek terberat di dunia.

Tanaman anggrek tebu tersebar secara alami mulai dari Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Malaysia, Indonesia, hingga Papua New Guinea. Di Indonesia anggrek tebu tersebar mulai dari pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Penjelasan lebih detail tentang anggrek tebu ini silakan baca artikel: Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek Terbesar.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae. Divisi: Magnoliophyta. Kelas: Liliopsida Ordo: Asparagales. Famili: Orchidaceae. Subfamili: Epidendroideae. Suku: Cymbidieae. Genus: Grammatophyllum. Spesies: Grammatophyllum
speciosum.

Anggrek Terkecil di Dunia. Predikat anggrek terkecil di dunia semula dipegang oleh Platystele sp., anggrek asal Ekuador yang ditemukan pada 2009 yang berukuran antara 2 mm – 2,1 mm. Namun pada pertengahan 2010, Destario Metusala, seorang peneliti LIPI, menemukan anggrek dari genus Oberonia dari kepulauan Mentawai yang mempunyai ukuran 1,1 mm – 1,5 mm.

Anggrek mini Oberonia

Sayangnya, klaim anggrek terkecil ini belum bisa dipublikasikan secara internasional. Ini terkait dengan kurangnya literatur tentang spesies-spesies dari genus Oberonia di Indonesia bahkan di dunia. Genus anggrek yang tersebar di Afrika, India, Asia Tengara, dan kepulauan Pasifik ini memang kurang mendapat perhatian baik dari pencinta anggrek maupun para peneliti lantaran dianggap kurang komersial.

Kurangnya literatur ini mengakibatkan kajian ilmiah yang lebih mendalam untuk mengungkap jenis anggrek genus Oberonia dari kepulauan ini sulit dilakukan. Sehingga sampai saat ini, penentuan nama spesies dan publikasi gambar anggrek terkecil dari genus Oberonia ini saja tidak dapat saya temukan (atau saya yang ketinggalan informasi?).

Semoga saja penemuan anggrek terkecil dari kepulauan Mentawai oleh Destario Metusala pada tahun 2010 silam akan terus ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian lanjutan sehingga kemudian klaim sebagai anggrek terkecil itu, bisa dipublikasikan di jurnal ilmiah dan mendapat pengakuan dunia internasional.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae. Divisi: Magnoliophyta. Kelas: Liliopsida. Ordo: Asparagales. Famili: Orchidaceae. Subfamili: Epidendroideae. Genus: Oberonia.

Refensi dan gambar:

Hutan Batu terbesar di Dunia, ada di Sulawesi

$
0
0

Kawasan Karst Maros Pangkep merupakan yang terbesar dan terindah kedua di dunia setelah kawasan karst di Cina. Gugusan karst yang terdapat di Kabupaten Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan yang sebagian masuk dalam wilayah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung membentang seluas 43.750 hektar.

Keunikan kawasan karst Maros Pangkep  yang tidak terdapat pada kawasan-kawasan karst lainnya di Indonesia karena mempunyai bentang alam yang unik dan khas yang biasa disebut tower karst. Di kawasan itu, bukit-bukit kapur menjulang tinggi dengan tebing yang menantang. Bahkan bersama kawasan Karst di Pegunungan Sewu, kawasan karst Maros pangkep telah diusulkan sebagai situs warisan budaya dunia (World Heritage) kepada UNESCO sejak 2001 silam.

Keistimewaan Karst Maros Pangkep

Karst Maros Pangkep bukan sekedar deretan cadas. Berbeda dengan kebanyakan kawasan karst di tempat-tempat lain yang  pada umumnya berbentuk Conicall Hill Karst (berbukit kerucut), karst Maros Pangkep berbentuk menara-menara (tower karst) yang berdiri sendiri maupun berkelompok membentuk gugusan pegunungan batu gamping yang menjulang tinggi. Di antara bukit-bukit tersebut membentang dataran, dengan permukaannya yang rata. Bukit-bukit menara tersebut sejenis dengan yang ada di Cina Selatan dan Vietnam.

karst maros pangkep 2Di kawasan karst Maros Pangkep sedikitnya terdapat 268 gua. Selain memiliki stalaktit dan stalakmit yang indah, gua-gua itu juga menjadi habitat fauna langka dan merupakan situs prasejarah. Bahkan gua terpanjang dan terdalam di Indonesia pun ditemukan di karst Maros. Gua terdalam berbentuk sumur tunggal dengan kedalaman 260 meter ditemukan di Leang Leaputte. Adapun gua terpanjang diperkirakan ditemukan di sistem gua Salukkan Kallang, yang panjangnya mencapai 27 km.

Gua yang terbentuk sebagai hasil pencucian batuan karbonat itu tidak hanya menghasilkan ornamen gua yang sangat cantik. Tetapi juga menjadi tempat spesies manusia berlindung di masa lampau. Gua-gua yang dihuni oleh manusia dan kebudayaannya di masa lampau. Inilah yang disebut sebagai gua prasejarah.

Ada beberapa gua prasejarah yang ditemukan di kawasan karst Maros Pangkep dengan berbagai peninggalan manusia prasejarah seperti:

  • Gua Ara: mata panah bergigi dan bersayap, lancipan muduk, dan gerabah.
  • Gua Awal: gerabah
  • Gua Batu Ejaya: serpih bilah, mikrolit, lancipan muduk, dan gerabah.
  • Gua Bola Batu: serpih bilah, mikrolit, mata panah berpangkal bundar, dan gerabah.
  • Gua Cadang: mata panah berpangkal bundar dan gerabah
  • Gua Leang Balisao: serpih bilah dan mata panah berpangkal bundar
  • Gua Leang Burung 1: mata panah berpangkal bundar serta mata panah bergigi dan bersayap
  • Gua Leang Burung 2: serpih bilah yang kasar dan besar
  • Gua Leang Cekondo: serpih bilah dan mata panah berpangkal bundar
  • Gua Leang Karrasa: serpih bilah yang kasar dan besar serta gerabah
  • Goa Leang-leang: lukisan batu dan perkakas dari batu.
  • Gua Sumpang Bita: lukisan batu dan perkakas dari batu.

Kawasan Karst Maros Pangkep juga menjadi habitat berbagai satwa langka dan endemik antara lain monyet hitam (Macaca maura) dan 125 jenis kupu-kupu dari sekitar 400 jenis yang pernah ada di kawasan karst tersebut. Biota unik juga hidup di dalam gua di kawasan ini. Beberapa diidentifikasi sebagai jenis satu-satunya di dunia.

Biota unik yang hidup di sana memiliki ciri khas akibat kehidupan gelap di dalam gua. Kulit transparan, matanya mengecil bahkan buta, sementara organ sensoriknya berkembang pesat. Arthropoda misalnya, memiliki antena yang panjang sebagai organ perasa. Temuan-temuan itu antara adalah:

  • Ikan gua buta bertubuh transparan (Bostrycus sp.) dari Gua Saripa di Maros.
  • Kalajengking gua yang buta dan satu-satunya di Asia tenggara
  • Udang gua yang buta dan bertubuh transparan (Cirolana marosina)
  • Kelelawar berhidung cabang (Nyctmene cephalotes)
  • Kelelawar Hipposideros dinops yang hanya hidup di Sulawesi
  • Kepiting laba-laba (Cancrocaeca xenomorph)
  • Kumbang buta dari jenis Coleoptera sp.
  • Beberapa jenis jangkrik gua (Rhaphidophora sp.) yang belum teridentifikasi
  • Laba-laba gua jenis baru sebesar telapak tangan (Heteropoda beroni)

Penambangan Karst

karst maron pangkep 3Saat ini kawasan ini sedang mengalami tekanan yang cukup berat, karena usaha pertambangan batu gamping untuk semen, marmer dan industri lainnya. Penambangan kars yang dilakukan di Kawasan Kars Maros-Pangkep selain mengancam ketersediaan air tanah di sekitar kawasan karst juga mengancam keunikan geomorfologi serta biodiversity (keanekaragaman hayati).

Aktivitas penambangan kapur dilakukan oleh dua industri semen besar (PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Bosowa) dengan luas daerah operasi mencapai 2.354,7 ha. Selain itu, sedikitnya terdapat 24 perusahan penambangan marmer dengan luas areal eksploitasi 15-25 ha setiap perusahaan.

Semoga saja aktivitas penambangan yang dilakukan tidak mengorbankan keunikan karst Maros Pangkep dengan tower karst-nya. Juga kekayaan arkeologi dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya.

Referensi dan gambar: SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.398/Menhut-II/2004http://www.nationalgeographic.co.id;

Kapal Ikan Bersirip. Karya Anak Bangsa

$
0
0
Inspirasi bisa ditemukan di mana saja. Waktu sedang berjalan-jalan di sungai, air bisa menjadi inspirasi. Ketika kita melihat bunga, kadang bunga bisa menjadi ispirasi kita. Bahkan ketika sedang pup, tak jarang orang menemukan inspirasi dari kotoran yang dikeluarkannya. Insipirasi bisa menghinggapi semua orang, termasuklah Alex Masengi Kawilarang.
Terinspirasi dari ikan terbang antoni, pada tahun 1989, ia menemukan teknologi kapal ikan bersirip yang telah di patenkan di Jepang. Kecermatannya mengamati ikan terbang Antoni mulai dari bentuk tubuh yang montok, sirip, kepala, hingga pergelangan ekornya. Ia heran melihat ikan itu mampu melayang-layang di atas permukaan air laut. Bentuk tubuh dan sifat khas ikan antoni diterapkan Alex menjadi design badan kapal ikan, berikut pemasangan sirip pada bagian lambung kapal. Hasilnya, tingkat pemasangan kapal ikan relatif menjadi lebih tinggi ketimbang jenis kapal ikan lain.
Penemuan ini memungkinkan  kapal ikan tidak mudah goyah saat diterjang gelombang besar, dan stabilitas kapal bisa tercapai. Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk kembali dalam posisinya semula setelah mengalami guncangan. Dan merupakan rangkaian kombinasi antara ukuran yang cocok dan pembagian berat muatan sehingga kapal mampu mengikuti ayunan angin dan gelombang, serta selalu dapat tegak dan seimbang lagi.
Setelah melakukan kajian dan rangkaian ujicoba, hasil yang diperoleh bisa dibilang bagus. Ketika melakukan pengujian di beberapa perairan, baik nasional maupun internasional, yakni: Laut Cina Timur, Teluk Ohmura Nagasaki, Perairan Jepang Timur, Teluk Manado, dan perairan di sekeliling Kota Bitung.
Tak hanya uji lapangan, uji lab pun di lakukan di beberapa laboratorium ternama, seperti Labolatorium Kapal Ikan di Fakultas Perikanan Hokkaido University, Japan Fisheries Engineering Laboratory, Faculty of Ship Building Soga University, Nagasaki. 
Keberhasilannya ini, di medio 2005-an, membuat perusahaan galangan kapal di Jepang tertarik untuk memproduksi massal kapal-kapal ikan bersirip dengan teknologi yang ditemukan Alex.
Biografi

Doktor dari The Graduate School of Marine Science and Engineering Nagasaki University, Jepang (1993), ini adalah penemu teknologi kapal ikan bersirip. Temuan pria bernama lengkap Prof Dr Ir Alex Kawilarang Warouw Masengi MSc kelahiran Desa Kinilou, Tomohon, 13 Juni 1958, ini sudah dipatenkan di Jepang.

 

Suami dari Ixchel Peibie Mandagie MSi (juga dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat), ini diilhami ikan terbang dalam menemukan teknologi perkapalan tersebut. Ikan itu dapat terbang jauh bagaikan pesawat udara yang melayang rendah di atas permukaan air laut.

Dia tertarik ketika mengamati bentuk tubuh dan sirip ikan terbang antoni (torani). Ikan itu dapat melayang di atas permukaan air laut. Tubuhnya terangkat melalui pergerakan sirip yang relatif panjang dan dorongan pergerakan tubuhnya sendiri. Pakar teknik perkapalan perikanan ini mengamati ikan antoni memiliki bentuk tubuh yang relatif unik, mulai dari kepala, badannya yang montok, pergelangan ekornya serta seluruh siripnya. Bentuk tubuh dan sifat-sifat khas ikan antoni itulah yang ia terapkan ke dalam desain badan kapal ikan, berikut pemasangan sirip pada bagian lambung kapal. Hasilnya, tingkat kestabilan kapal ikan relatif menjadi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan jenis kapal ikan lain.

 

Sejumlah pengkajian dan uji coba stabilitas kapal ikan yang menggunakan sirip ini sudah dilakukannya sejak 16 tahun terakhir.  Pengkajian dan pengujian dilakukan di Laut Cina Timur, Teluk Ohmura Nagasaki, perairan Jepang Timur, Teluk Manado dan perairan di sekitar Kota Bitung. Hasilnya, stabilitas kapal ikan bersirip rata-rata melebihi kapal ikan biasa.

 

Selain itu, pengujian laboratorium juga dilakukan di beberapa laboratorium ternama, seperti Laboratorium kapal ikan di Fakultas Perikanan Hokkaido University, Japan Fisheries Engineering Laboratory, Faculty of Ship Building Soga University, Nagasaki.

 

Hasil pengujian stabilitas terhadap kapal ikan tipe sabani dari Okinawa dengan menggunakan sirip dalam kondisi statis meningkat 17 persen. Adapun saat kapal dalam kondisi dinamis atau bergerak, tingkat stabilitasnya naik menjadi 22 persen.

 

Metode yang sama, diujicobakan pula pada beberapa kapal ikan tipe pamo yang biasa digunakan para nelayan Sulawesi Utara, baik dalam ukuran nyata maupun dalam skala model. Dari hasil pengujian diperoleh hasil stabilitas kapal pamo dalam kondisi statis meningkat 19 persen dan dalam kondisi dinamis meningkat 28 persen.

 

Berdasarkan semua pembuktian itu, temuan teknologi kapal ikan bersirip yang desainnya didasarkan pada bentuk tubuh ikan antoni itu, Alex  mematenkan atas namanya sendiri di Jepang.

 

Sebuah perusahaan galangan kapal di Jepang saat ini sedang bersiap memproduksi massal kapal-kapal ikan bersirip yang didasarkan pada model atau teknologi temuan Alex itu. Makanya, di Jepang namanya tercatat sebagai anggota konsultan pembuatan kapal Nagasaki Dream, dan konsultan pembuatan kapal layar Michinoku-Indonesia. Juga menjadi konsultan teknik pada Reedbed Technology, Liverpool, Inggris.

 

Alex secara rutin juga menjadi pembicara dan dosen tamu pada berbagai universitas di Jepang dan Perancis. Dia juga sering menyampaikan makalah ilmiah di berbagai universitas ternama di Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.

 

Alex tumbuh di dalam keluarga petani. Ia dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pertanian di kaki Gunung (api) Lokon, Desa Kinilou, Tomohon, Sulawesi Utara. Ia akrab dengan pertanian palawija, hortikultura,serta budidaya tambak air tawar. Sehingga ahli kelautan ini tetap cinta alam pegunungan. Rumahnya yang sederhana dikelilingi tambak atau telaga lengkap dengan budidaya ikan mas dan mujair. Di bagian depan rumah tampak beberapa rumpun pohon bambu yang ikut menambah semarak lingkungan rumahnya.

 

Ayah empat anak, yaitu Kesihi, Shinji, Etsuko dan Akira, ini bahkan memanfaatkan lokasi rumahnya di alam pegunungan yang sejuk sebagai tempat pertemuan para dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Ia sering menerima tamu di rumahnya yang dikelilingi tambak air tawar itu.

 

Alex menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Desa Kinilou pada tahun 1971, kemudian melanjutkan ke sekolah teknik pertama dan lulus tahun 1974. Selanjutnya ia meneruskan pendidikan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah di Manado dan lulus pada 1977. Setelah sempat bekerja di sebuah perusahaan perikanan, Alex melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Perikanan Unsrat dan lulus tahun 1984. Ia mengikuti program master di Faculty of Fisheries Nagasaki University pada tahun 1990 dan meraih gelar doktor di The Graduate School of Marine Science and Engineering Nagasaki University, Jepang, tahun 1993. (e-ti/tsl) — Sumber: TokohIndonesia DotCom

Mobil Listrik Karya ITS Surabaya ini Siap Mengarungi Benua Australia

$
0
0

Mobil tenaga surya buatan tim Institut Teknologi Sepuluh November Solar Car Racing Team yang dinamakan Widya Wahana V (WW 5) siap mengikuti kompetisi di Australia, 18-25 Oktober 2015.

“Sebelumnya pada 17 Agustus 2015, WW 5 telah melakukan Tour de Java Bali dengan pitstop di beberapa kota besar yang dilalui seperti Jakarta yang menjadi start, Semarang, Banyuwangi, dan Denpasar sebagai finish, dari situlah ada proses pembelajaran dari mahasiswa untuk membuat WW 5 ini,” kata dosen pembimbing tim ITS Solar Car Racing Team Nur Yuniarto seusai launching mobil WW 5, Senin.

(Foto World Solar Challenge)

Ia mengatakan sebelum diikutsertakan ke kompetisi WSC Australia 2015, pihaknya mengalami proses pembelajaran mulai dari kesalahan perhitungan, desain, sampai kesalahan fabric yang telah terjadi, sehingga pihaknya harus membenahinya terlebih dulu.

“Kendalanya mulai dari kesalahan perhitungan, desain, sampai kesalahan fabric yang telah terjadi dan telah kami benahi dengan Spesifikasi motor dari WW 5 yaitu dengan kekuatan 2×2 kW dan memiliki jarak tempuh 700 km per charge,” tuturnya.

Menurut dia, dua hari sebelumnya, WW 5 juga telah melakukan uji coba di jalan tol Juanda dengan kecepatan maksimal 110 km per jam dengan target kecepatan 150 km per jam, namun karena jalanan tol Juanda yang tidak memungkinkan untuk menempuh kecepatan tersebut, maka WW 5 hanya melaju pada kecepatan 110 km per jam.

“Yang bermasalah kemarin karena gagal di launching adalah arm dari kaki yang desainnya memang lemah, sedangkan untuk sumber tenaga dibantu dengan panel surya yang diletakkan di atas badan mobil dan jenis sel panel surya yang dipakai adalah mono cristalline silicon solar cells yang mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 1.035 watt,” paparnya.

Sumber listrik ini, lanjutnya bisa langsung diubah menjadi tenaga gerak dan sebagian disimpan pada baterai lithium-ion high capacity dengan besaran kapasitas 97,2 volt DC, 15 kwh dan motornya menggunakan BLDC 122 KW.

“Untuk persiapan lomba, saat ini kami masih menyerahkan final dokumen sambil mencari cargo yang bisa membawa mobil WW 5 ke Australia, jadi kemarin ada pihak sponsor yag menawari tetapi mengundurkan diri, sehingga saat ini kami masih mencari, sedangkan untuk persiapan teknis dan non teknis dari persiapan tim yang beranggotakan 20 orang tidak ada masalah,” paparnya.

Di sisi lain, Manager Tim Teknik Mesin WW 5, Alfan Nugraha mengatakan desain interior mobil WW 5 masih sederhana dengan dua tempat duduk, yaitu untuk pengemudi dan navigator, tidak menggunakan persneling serta mengandalkan pedal gas dan rem, sedangkan untuk mendukung navigasi telah ditambahkan kamere di belakang body sebagai pengganti spion.

“Mobil WW 5 memiliki berat kurang lebih 280 kilogram. Sebelumnya, sudah melakukan uji coba Tour de Java-Bali dengan rute yang ditempuh adalah Jakarta, Semarang, Banyuwangi, dan Denpasar dengan jarak total sekira 1.200 kilometer serta tantangan saat bertanding di WSC 2015 adalah mengelola tenaga surya,” paparnya.

Tantangan yang diberikan oleh WSC 2015 kali ini, lanjutnya adalah dapat menyelesaikan perjalanan dalam jangka waktu maksimal enam hari dengan jam race hanya sembilan jam (08.00-17.00 waktu setempat) per harinya.

Sementara itu, Rektor ITS, Joni Hermana MScES mengatakan bercermin dari kompetisi Student Formula Japan 2015 di Tokyo beberapa waktu yang lalu, kali ini ITS tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.

?Waktu di ajang Student Formula Japan beberapa waktu yang lalu, kami didiskualifikasi hanya karena satu tetes oli saja. Hal tersebut mengajarkan kita untuk siap dalam segala kondisi yang tidak terduga, tutur Joni.

Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa poin penting dari kompetisi tersebut adalah mengalahkan diri sendiri dengan harus disiplin agar menciptakan tim yang solid serta menjaga kesehatan karena lokasi kompetisi di daerah Australia saat ini tandus, sehingga akan mudah untuk dehidrasi.

“Jika bisa mengalahkan diri sendiri dengan harus disiplin, maka ego dari masing-masing anggota bisa dikalahkan, sehingga tim bisa solid serta ditambah dengan tantangan suhu Australia yang cukup ekstrem, yaitu berkisar antara 20-30 derajat celcius,” paparnya. (ant/mar)

Skalanews.com

Mobil-mobil Listrik Karya Anak Negeri

$
0
0

Kepiawaian Indonesia di dunia otomotif mungkin masih tertinggal jauh dari Jepang. Namun, paling tidak ada segelintir putra-putri terbaik bangsa ini yang berusaha untuk mengejar ketertinggalan tersebut.

Hal itu terbukti dengan munculnya beberapa mobil karya anak bangsa. Tengok saja Esemka yang tak dipungkiri ikut mempopulerkan sosok Joko Widodo hingga akhirnya sukses menjadi Presiden Republik Indonesia.

Lalu, ada pula mobil yang dijuluki Gendhis. Mobil keluarga ini juga sempat digadang-gadang bakal menjadi cikal bakal mobil nasional. Ada juga Pindad Piev, mobil hatchback yang dikembangkan Pindad.

Tak hanya mobil penumpang, putra-putri bangsa juga beberapa kali mencoba melahirkan mobil listrik dengan nuansa sporty dan mewah. Yang sedang ramai diberitakan adalah mobil listrik Selo.

SELO

Dikutip dari Viva News,  mobil buatan tim Putra Petir yang dibantu rumah modifikasi Kupu-kupu Malam ini memang tampil dengan gaya bak mobil sport mahal keluaran Ferrari atau Lamborghini. Sayang, kini Selo justru terancam dikembangkan Malaysia.

Mobil listrik ini pembuatan dan komponennya sebagian besar dari Indonesia. Hanya motor listrik yang sengaja diimpor karena alasan memang belum tersedia di Indonesia. Mobil listrik ini dibekali motor 135 kw dan mampu menyemburkan 180 tenaga kuda. Dengan kemampuan itu, Selo dapat melaju hingga 220 km per jam.

TUCUXI

Sebelum Selo lahir, tim pembuat mobil listrik ini juga bahu membahu melahirkan mobil listrik Tucuxi. Mobil listrik ini sempat membuat takjub karena penampilannya yang terkesan sporty dan mewah. Sayang, uji coba kendaraan ini sempat diwarnai kecelakaan.

E&C

Lalu ada juga mobil E&C. Mobil listrik ini dibuat oleh mahasiswa Institut Teknologi Surabaya (ITS). Mobil dengan konsep SUV empat penumpang ini memiliki tenaga motor listrik sebesar 20 kw. Dan sekali isi, dapat menempuh jarak 24 km.

SKEV-1

Sedangkan mobil listrik keempat dengan gaya sporty yang berhasil dilahirkan putra-putri terbaik bangsa adalah Signal Kustom Electric Vehicle atau disingkat SKEV-1. 

Mobil ini lahir dari kolaborasi coachbuilder Signal Kustom dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Mobil listrik sport ini pernah mengejutkan dunia otomotif dalam ajang Final Battle Autoblacktrough 2010.

Bahkan, mobil ini dinobatkan sebagai The Champion of Autoblackthrough 2010. Mobil listrik yang satu ini ditenagai motor listrik bertenaga 60 daya kuda dan mampu melesat 140 km per jam.

Mobil ini sempat mendapat pengembangan menjadi SV-1. Hasilnya, kecepatannya dapat diperbaiki menjadi 150 km/jam. (one)

Viva.co.id

Layak Kita Tunggu

$
0
0

by Akhyari Hananto

“Bandara ini hebat sekali. Nyaris sempurna” kata seorang kawan saya dari Detroit yang menemani saya ke Bali akhir tahun lalu. Dia yang baru saya kembali dari Melbourne dan Sydney di Australia mengatakan bahwa bandara-bandara di Australia sudah mulai ‘kalah’ dari Bandara Ngurah Rai yang baru itu.

Bandara baru Balikpapan, Kalimantan Timur

Saya kemudian bertanya “Why ‘almost’?”. Dia terkekeh, dan menyahut “Oke, Arry. You win, this is perfect!” . Hahahaa…sudah meladeni ‘paksaan’ saya. Saya sangat suka segala tentang dunia penerbangan, mulai dari maskapainya, teknologinya, airportnya, hingga desain-desain livery pesawat, dan lain-lain. Dan airport Bali, menurut saya selain desainnya yang chic dan sangat mencerminkan Bali, juga mempunyai kesan ‘berbeda’ dengan bandara manapun di dunia. Di bandara ini, wangi sesajen khas Bali menyeruak begitu kita ada di gedung terminal. Siapapun tentu akan merasa bahwa ..”oke, saya di pulau Dewata”.

Salah satu sudut Ngurah Rai Airport, Bali

Sebenarnya, tak hanya Bali yang punya airport baru, besar, dan bagus. Balikpapan, Medan (Kuala Namu), Makassar pun tak kalah cantiknya. Semuanya dikerjakan sendiri oleh putera-puteri Indonesia. Saya belum sempat ke bandara Sepinggan (Balikpapan) yang baru, namun saya akan ke sana sebelum akhir tahun ini. Namun, dari awal pengerjaan hingga beroperasi penuh sekarang ini, saya punya foto-fotonya.

 

Yang saya tunggu-tunggu sebenarnya adalah bandara baru Soekarno Hatta di Jakarta (Tangerang). Saya tahu terminal baru ini akan jadi paling cepat 1.5 tahun lagi, setiap saya ke Jakarta, saya melewati pembangunan bandara ini. Cukup besar…dan rasanya akan menjadi pembeda. Soekarno-Hatta airport memang sudah tak bisa optimal lagi. Kapasitas maksimalnya sudah terlewati setidaknya 5 tahun lalu. Bandara ini sudah begitu padatnya, sudah begitu sesaknya, dan terminal baru yang clean, rapi, teratur, harus segera diwujudkan. Saya bertemu dengan ibu Heera, seorang pengusaha garmen dari Bandung, yang mengeluh karena kekurangteraturan bandara, terutama terminal I. Saya yakin, banyak pembaca yang mengalami hal yang sama. Mulai dari antrian panjang saat masuk, saat checkin, saat masuk ruang tunggu, asap rokok, taksi gelap, dan belum lagi gate yang berubah-ubah.

Desain bandara Soekarno Hatta. Jadi tahun 2017

Satu lagi. Sudah lama sekali (sejak meninggalkan Jakarta 12 tahun lalu), saya tidak menginjak lahan parkir bandara tersebut, hingga bulan lalu saat saya dijemput panitia tempat saya memberikan seminar keesokan harinya. Saya tak menyangka, kawasan parkir itu begitu padat, susah masuk, susah dapat tempat kosong, dan susah keluar.

Tak heran sebenarnya. Bandara ini adalah bandara tersibuk di belahan bumi bagian selatan (southern hemisphere) dan tersibuk ke-8 di dunia, dengan melayani lebih dari 60 juta penumpang setiap tahun. Sulit membayangkan, sebuah bandara yang melayani penumpang 2 x lipat dari kapasitas maksimalnya (38 juta). Bayangkan, bandara Changi di Singapura yang punya 3 terminal (terminal ke-4 sedang dibangun) yang luas dan besar itu, ‘hanya’ melayani kurang lebih 54 juta penumpang setiap tahunnya.

Bu Heera membandingkan Soekarno-Hatta dengan Changi. “Saya ingin Soekarno-Hatta Airport itu kayak Changi. Begitu sampai, masuk terminal, langsung terasa adem, nyaman, menyenangkan. Mau transit 12 jam pun, saya mau di airport (seperti) itu”.

Layak ditunggu, seperti apa bandara baru yang sedang di bangun di sebelah Terminal 3 Soekarno-Hatta tersebut, tentu saja kita berharap bahwa bandara tersebut menjadi benchmark bandara-bandara lain, bukan hanya bandara yang nanggung dan akhirnya hanya akan menjadi ikon yang sama sekali tidak membanggakan.

Siapa yang tidak berharap, bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia tersebut menjadi salah satu bandara terbaik di dunia?

Sekali lagi, layak kita tunggu.

 

 

Terkuat di Asia Tenggara, Peringkat 12 Dunia

$
0
0
Global Firepower (GFP) adalah sebuah situs yang menyediakan analisis kekuatan militer sebagian besar negara di dunia. Situs ini memberi informasi 100 negara dengan militer terkuat dengan basis 50 faktor berbeda.

Faktor-faktor yang digunakan untuk menilai kekuatan militer sebuah negara ialah seperti jumlah penduduk, usia warga yang bisa menjadi personel militer, anggaran militer, jumlah peralatan militer, konsumsi BBM, utang luar negeri, dan banyak pengukur lainnya.

Misalnya, jumlah populasi sebuah negara menjadi awal penilaian daftar ini. Secara umum, semakin besar populasi sebuah negara, kekuatan militer negara itu akan semakin besar.

Agar penilaian ini adil, kapabilitas sebuah negara mengembangkan dan memiliki persenjataan nuklir tidak menjadi faktor penilai. Semua penilaian menunjukkan kemampuan militer sebuah negara jika terjadi perang konvensional baik perang darat, udara, maupun laut.

Setelah melakukan analisis menggunakan 50 basis penilaian itu, GFP menentukan, untuk 2015, negara dengan militer terkuat di dunia masih dipegang Amerika Serikat, diikuti Rusia dan China di peringkat kedua dan ketiga.

Sementara itu, India dan Inggris menduduki peringkat keempat dan kelima negara-negara dunia dengan militer paling mumpuni. Negara Asia lain yang menduduki posisi 10 besar adalah Korea Selatan di peringkat ketujuh dan Jepang di peringkat kesembilan.

Lalu, di mana posisi Indonesia? Dengan 50 basis penilaian yang sangat ketat itu, GFP menempatkan Indonesia menjadi negara dengan militer terkuat ke-12 di dunia.

Posisi Indonesia ini tepat di bawah Israel (11) dan di atas Australia (13). Dengan posisi ini, Indonesia juga lebih kuat dibanding beberapa negara Eropa, seperti Polandia, Ceko, atau Denmark.

Arti lain dari posisi ke-12 ini berarti secara militer Indonesia merupakan negara paling kuat di Asia Tenggara. Negara terkuat kedua di Asia Tenggara ditempati Thailand yang secara global menempati peringkat ke-20, diikuti Vietnam (21), Singapura (26), Malaysia (35), Filipina (40), Myanmar (44), Kamboja (96), dan Laos (117). Sementara itu, lima negara dengan kekuatan militer terbawah dalam daftar ini adalah Libya, Zambia, Mali, Mozambik, dan Somalia.

Editor : Ervan Hardoko – Kompas.com
Sumber Global Firepower

Juara Animasi se-Asia

$
0
0
Mahasiswa Indonesia kembali mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Kali ini, tiga mahasiswa Universitas Tarumanagara (Untar) berhasil menjadi juara kategori Best Creative pada Asiagraph Reallusion Award 2015 di Yuan Ze University, Tai Pei, Taiwan.
 

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Sandi, Regina, dan Cindy. Mereka merupakan mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Untar. Atas kemenangannya, mereka berhak membawa pulang hadiah senilai USD10 ribu.

“Ajang ini sebagai salah satu bentuk menghadapi globalisasi, dengan membuat langkah-langkah bekerja secara internasional,” ujar Rektor Untar, Roesdiman Soegiarso, Kamis (3/9/2015).

Melalui film berjudul “Self Image“, tim bernama “Terima Kasih Production” tersebut mampu mengalahkan tim lain dari Thailand, Singapura, Taiwan, China, Malaysia, Korea Selatan, Hongkong, Australia, dan Jepang. Bahkan, film animasi berdurasi tiga menit itu berhasil mengalahkan salah satu lawan tangguh dari Jepang yang merupakan bimbingan computer graphic director film Ultraman, Kenji Watanabe.

“Pada kompetisi itu mereka (peserta) hanya diberi waktu 48 jam untuk membuat suatu karya animasi dengan tema Filosofi Taiwan,” tutur dosen pembimbing tim, Sonny Adi Purnomo.

Dalam ajang tersebut, Tim DKV Untar berhasil mewakili Indonesia bersama satu perguruan tinggi lainnya. Namun, dari 19 tim yang lolos, akhirnya perwakilan Untar yang menjadi pemenang.

“Semoga ke depan makin banyak mahasiswa yang bekerja di industri kreatif, seperti menjadi animator-animator internasional yang hebat,” pungkas Ketua Jurusan DKV Untar, Toto M Mukmin.

(rfa)

Jatim Inc.

$
0
0

Menyimak gagasan Gubernur Jatim Tentang Jatim Inc.

Oleh: A. Cholis Hamzah*)

Pada tanggal 22 Agustus 2015 Universitas Airlangga menganugerahkan gelar Doctor Honoris Causa untuk Pak De Karwo, Gubernur Jawa Timur di bidang ekonomi. Dalam beberapa kuliah ilmiah di Unair termasuk pada saat penganugerahan itu, Pak De Karwo menyinggung perlunya Jawa Timur Incorporated atau Jatim Inc dalam mengembangkan perekonomian Jawa Timur. Pembentukan Incorported ini pernah di lontarkan oleh Dr. Arifin Siregar pada tahun 1980an ketika beliau menjabat sebagai Menteri Perdagangan dengan gagasan Indonesia Incorporated yang terinpiriasi dengan kesuksesan negeri Sakura yang memiliki sistem Japan Incorporated atau Japan Inc. Pak Arifin Siregar melihat system hubungan yang harmonis antara pihak pemerintah Jepang dengan pihak swastanya sangat mengagumkan sehingga Jepang pada tahun 1970 an itu bisa berhasil melakukan penetrasi dagangnya ke seluruh dunia terutama Amerika Serikat dan Eropa.

Karena itu ada baiknya kita melihat apa Japan Inc tersebut. Sistem ini ramai dibicarakan orang ketika Jepang dituduh Negara-negara partner dagangnya melakukan unfair trade practices atau praktek-praktek dagang yang tidak fair karena Jepang menjual lebih banyak produknya dari pada meng impor dari luar negeri. Pada dasarnya Japan Inc. itu adalah system hubungan antara pihak pemerintah dalam hal ini Kementrian Keuangan, The Ministry of Finance – MoF; Kementrian Perdagangan Internasional dan Industri, MITI (The Ministry of International Trade and Inudstry; the Prime Minister Office atau Kantor Perdana Menteri, Diet atau Perlemen, Badan Perancang Ekonomi Negara dan pihak-pihak swasta Jepang dalam hal ini Federasi Organisasi Ekonomi (Keidanren) serta organisasi buruh dan swasta lainnya.

Kelompok birokrat di lembaga-lembaga pemerintahan diatas, atau yang dikenal dengan sebutan the Elite Bureaucracy menganggap salah satu tugasnya adalah mengarahkan dan mendorong industri – industri Jepang berjaya di pasar global. Diakui oleh para pengamat barat tentang Jepang bahwa dengan dasar rassa komitment dan solidaritas sosial yang tinggi dikalangan birokrat itu, maka sering mereka berhasil menetapkan kebijaksanaan ekonomi jangka panjang yang konsisten. Sudah barang tentu kebijakan-kebijakan itu ada pula kekeliruan atau kelemahan; akan tetapi dari segi kesinambungan kebijakan yang ditelorkan sangat mengagumkan para pengamat ekonomi barat tersebut.

 

Para kelompok elit birokrat itu biasanya memulai jenjang karirnya pada usia 23 tahun dan tetap di kementrian masing-masing sampai diatas umur 50 tahun, dan apabila sudah memasuki pension mereka “turun dari kahyangan” atau “Amakudari, lalu memasuki dunia politik, social, perdagangan dsb. Memasuki kementrian-kementrian itu sangat sulit dan persaingannya ketat, dan umumnya mereka berasal dari universitas-universitas terkemuka di Jepang sepeti universitas Tokyo.

 

Sistim Musyawarah.

 

Perusahaan-perusahaan swasta di Jepang kebanyakan menyatukan dirinya pada Federasi Organisasi Ekonomi atau Keidanren. Kantor organisasi ini di pusat perdagangan di Tokyo, dan di kantor ini pula para pengusaha swasta secara kontinyu mengadakan pertemuan-pertemuan untuk mendiskusikan persoalan ekonomi Negara maupun saling tukar informasi tentang perdagangan internasional. Hasil-hasil pertemuan itu kemudian diserahkan ke pihak elit birokrat sebagai masukan penting. Organisasi ini memiliki divisi yang cukup besar dan mempunyai tugas untuk melakukan research atas masalah-masalah bisnis nasional maupun global; yang hasilnya nanti diserahkan ke panitia khusus yang dibentuk, dan panitia inilah yang bertugas melakukan penelaan mendalam hasil research tadi. Biasanya untuk menguji kebenaran penelitian tersebut, pihak panitia ini mengundang para elit birokrat, para pakar dari berbagai disiplin ilmu sebagai nara sumber, dan dari sini pulalah kesepakatan diambil diantara birokrat dan swasta.

Dalam pembicaraan-pembicaraan penting di Keidanren maupun dengan birokrat, pengambilan keputusan secara voting tidak pernah dilakukan akan tetapi semua keputusan itu diambil dengan jalan musyawarah atau dikenal dengan “Consensus Building”. Walaupun kadang-kadang keputusan yang diambil itu menguntungkan salah satu pihak, misalnya grup perusahaan elektronik; maka pihak/sector lain yang tidak memperoleh dari manfaat keputusan itu, dengan jiwa toleransinya yang besar tidak merasakan dirugikan. Akan tetapi ada proses “snow ball” atau bola menggelinding, disepakati bahwa dikemudian hari pihak-pihak yang tidak diuntungkan akan menerima fasilitas yang sama.

 

Disamping Keidanren, tempat penting untuk bertemunya pihak birokrat dan sawsta dalah Dewan Musyawarah; setiap kementrian yang penting memiliki dewan musyawarah ini (kecuali kementrian Luar Negeri), dan di dewan ini tokoh-tokoh penting bangsa diundang untuk mengadakan diskusi, debat tentang masalah masalah actual perekonomian Negara maupun internasional. Para ahli yang diundang dewan biasanya secara kontinyu telah berdiskusi dengan kalangan swasta, sehingga pendapat mereka di dewan sebagian besar sudah mencakup kepentingan swasta.

 

Keputusan tentang kebijakan ekonomi tentu harus lewat parlemen (Diet), akan tetapi apabila semua masalah ekonomi yang diperdebatkan sudah disepakati oleh birokrat dan swasta di dewan musayawarah, maka biasanya parlemen langsung menyetujui. Semua keputusan yang di telorkan dewan musyawarah di publikasikan lewat media masa, dengan demikian masyarakat luas akan memahami persoalan ekonomi yang actual dan sekaligus masyarakat nantinya tidak akan terkaget-kaget apabila sewaktu-waktu ada keputusan penting pemerintah dibidang ekonomi (misalkan antisipasi pemerintah dalam menghadapi gejolak mata uang).

 

Sistim Jatim Inc. perlu di perluas

 

Jawa Timur memang menjadikan barometer ekonomi (juga sosial politik) di nusantara ini. Gubenur Jatim, Pak De Karwo seringkali mengungkapkan potensi propinsi ini antara lain pertumbuhan ekonomi yang sering diatas rata-rata nasional, menjadi salah satu andalan industri di Indonesia, pusat processing industri, sebagai pen supply bahan makanan (beras, gula dll) ke seluruh pelosok negeri, nilai ekspornya keluar pulau (bukan ke luar negeri) bisa mencapai 200-300 T, modal dasar sumber daya alam dan manusia serta infrastruktur yang bagus, dan kondisi politk dan keamanan yang stabil dsb. Dengan berbagai potensi yang ada itu Gubernur mengembangkan konsep Jatim Inc. ini agar bisa mengembangkan propinsi dengan lebih baik. Hanya saja konsep Jatim Inc. itu perlu di perdalam lebih luas – tidak hanya sebagai system harmonisasi antar lembaga pemerintah. Konsep Japan Inc. bisa menjadi masukan yang baik bagi Jatim Inc. dalam artian lembaga-lembaga penting pemerintahan harus secara rutin berhubungan dengan pihak swasta, melakukan diskusi yang rutin tentang persoalan-persoalan atau hambatan ekonomi berikut tantangannya. Dalam hal ini bukan berarti pemerintah Jatim tidak pernah berhubungan dengan swasta atau asosiasi-asosiasi perusahan, namun pertemuan-pertemuan seperti yang dilakukan key players di Jepang itu belum secara maksimal di jalankan di Jawa Timur.

 

 

 

*) Ahmad Cholis Hamzah, Alumni University of London dan Universitas Airlangga, pengurus IKA UNAIR bagian Pengembangan Ilmiah dan staff pengajar di STIE PERBANAS Surabaya.

 

Surat Untuk Anak Muda Indonesia

$
0
0

By JS Khairen *

Pada 2045, Indonesia akan berusia 100 tahun. Saat itu yang akan menjadi pemimpin di berbagai tempat ialah generasi muda sekarang.

Siapkah kita menyongsong satu abad Nusantara? Akan seperti apa bangsa ini nantinya? Akankah terus tenggelam atau berjaya? Mana pun, ada peran kita di dalamnya. Masa depan dibangun dari sekarang, bukan diwariskan oleh orang tua. Tanggung jawab besar ini kita pikul bersama, kawan. Generasi muda Indonesia hari ini disebut generasi sok tahu dan penuh wacana.

Duduk di kafe dengan gadget di tangan. Sebuah kemewahan semu. Sebagai generasi wacana, apa saja selesai oleh mereka tapi minim praktik. Hanya sampai di ujung bibir, tak ada langkah nyata. Hampir semua sisi kehidupan diprotesnya, tapi tingkahnya tak semakin baik. Mewah dan pura-pura mewah, pura-pura maju, pura-pura kaya. Padahal bangsa ini kenyang perkataan, haus perbuatan kata Alfatih Timur.

Indonesia sedang menggenggam generasi yang rapuh penuh simbol, gadget, mal, nongkrong, jalan-jalan, ketawaketiwi dan tak peduli dengan mereka yang tertatih menjalani kehidupan hari demi hari. Generasi hampa, tidak kukuh dan tentu saja tidak militan. Tapi di tengah situasi semacam itu muncul beberapa anak muda yang kreatif yang bisa menjadi ladang nafkah bagi banyak orang.

Memberikan Sesuatu Pada Negara?

Puluhan tahun lalu, mantan Presiden Amerika Serikat JF Kennedy, berpidato “Jangan tanyakan apa yang negaramu bisaberikanpadamu, tapitanyakan apa yang bisa kau berikan pada negaramu.” Kalimat ini dikagumi hingga saat ini. Sering digunakan untuk membangkitkan semangat patriotisme di belahan dunia mana pun. Bagi saya sendiri, dulunya ungkapan ini berkesan negatif.

Bagaimana mungkin nelayan miskin, buruh yang dihimpit utang, atau pasukan oranye yang harus bangun di pagi buta sempat memikirkan untuk memberikan sesuatu pada negara yang bahkan belum bisa membuat mereka sejahtera ini. Bukankah harusnya kita bertanya, apa yang sudah diberikan negara ini pada penambang di Ijen yang harus mengangkat seratus kilogram lebih sulfur setiap harinya? Atau kenyamanan publik apa yang sudah didapatkan para pembayar pajak?

Sudahkah negara ini menyelamatkan kaum miskinnya? Kita pun dihadapkan pada tantangan multidimensi. Kusut masai di mana-mana. Saya baru memahami ucapan JF Kennedy setelah merenungkan itu semua. Kita harus bangun tempat hidup yang lebih baik di masa depan dengan kecintaan pada bidang masingmasing. Tempat hidup itu bernama Indonesia.

Bukan Warisan

Membaca teori dari Prof Rhenald Kasali mengenai selfdriving, anak muda mana yang tidak terbakar emosinya? Dalam hati, saya berceletuk “Seenaknya ini profesor mengatakan kebanyakan anak muda kita adalah passenger.” Teori itu menyindir bahwa “Kita adalah burung dara yang diikat sayapnya.” Namun jika merunut pada pemaparan Prof Rhenald Kasali dan berkaca pada realita keseharian, saya berpikir “Benar juga ini, gawat!” Kurang lebih teori itu mengatakan; setiap manusia diberikan kendaraan yaitu dirinya sendiri.

Jika berhasil menjadi good driver untuk diri sendiri maka ia bisa lanjut ke tahap selanjutnya yaitu drive others, drive your society dandrive your nation. Bagi yang terperangkap akan menjadi passenger. Potensi yang ia miliki terkubur di alam pikirannya. Nyaris tak ada karya nyata karena dikerubungi badai wacana.

Takut mengambil risiko dan minim inisiatif. Lebih jauh lagi, di beberapa negara dikenal istilah strawberry generation. Yaitu mereka yang kreatif, banyak akal, gemilang dan berprestasi. Tapi akan halnya stroberi, generasi ini lembek tidak tahan pada tekanan. Sedikit saja dimarahi langsung depresi. Tidak mendapat yang diinginkan, langsung galau berkepanjangan.

Sebagian besar empati kita, semangat kita yang menggebugebu, kreativitas kita yang tak pernah terbayangkan oleh generasi sebelumnya telah terkubur. Namun, itu semua masih bisa dibangkitkan. Kita masih bisa keluar dari badai wacana untuk Indonesia masa depan.

The Conritium Cell

Mungkinkah Soekarno- Hatta hanya duduk merenung berkepanjangan, dan tiba-tiba Indonesia merdeka? Mungkinkah seorang pelajar SMA merenung saja sambil menggigit ujung pena dan sekerlip mata ia menjadi lulusan UI, UGM atau ITB? Jawabannya tidak mungkin. Semua itu hanya bisa tercapai karena wacana yang dikonkretkan. Kita dianugerahi kemampuan membangun visi.

Uniknya, tak kita iringi dengan memperkuat concritium cell atau “sel mengonkretkan sesuatu” pada diri kita. Tentunya hingga saat ini sel ini tidak ada secara ilmu biologi, melainkan hanya kiasan saya saja. Ada teman-teman kita yang sebagian besar wacananya selalu ia konkretkan, kita bisa belajar darinya karena concritiumcell -nya kuat. Mengasah sel ini, tentu diperlukan daya dobrak dan daya juang.

Pendahulu kita yang telah sukses, pasti berdarahdarah sebelumnya. Mereka rela tidur lebih sedikit untuk berkarya. Jika Anda ingin mengasah ini, triknya adalah Anda harus keluar dari zona nyaman. Bawa keresahan dan kegalauan Anda terhadap apa pun itu menjadi bahan bakar untuk sebuah karya, agar Anda tidak ikutikutan seperti kebanyakan anak muda yang bisanya mengumpat atau mengata-ngatai orang saja. Selain itu, bisa juga dengan melakukan perjalanan ke luar negeri sendirian.

Negeri yang jauh, yang asing sehingga Anda benar-benar tak punya tempat untuk bersandar selain diri sendiri. Seperti yang saya dan rekan-rekan mahasiswa FE UI tuliskan dalam buku berjudul “30 Paspor,” yang akan segera difilmkan. Konon katanya, Anda baru tahu siapa diri Anda setelah menjadi minoritas. Seperti kata penulis Agustinus Wiboro, “perjalanan fisik adalah perjalanan yang jauh ke dalam hati”.

Jika hari ini kita menganggap banyak hal buruk berseliweran, jika hari ini kita menganggap Indonesia masih terpuruk, maka jangan biarkan generasi setelah kita mengatakan dan melihat hal serupa nantinya. Kawan, ini suratku untukmu. 30 tahun lagi, jika kau kembali membacanya, pastikan kau tersenyum saat itu.

*Novelis, Kepala Divisi Kreatif Rumah Perubahan Rhenald Kasali @JS_Khairen

(ars)

source: http://nasional.sindonews.com/read/1043308/18/surat-untuk-anak-muda-indonesia-1441941485

Buah ini Menjadi Asal Nama Kerajaan Majapahit.

$
0
0

Konon, saat Raden Wijaya menerima sebidang tanah yang kemudian dibangunnya menjadi kerajaan besar, seorang prajuritnya memakan buah maja yang berasa pahit. Dari sanalah kemudian lahir nama Majapahit.

Tapi benarkah buah maja berasa pahit?. Buah maja yang dikenal umum di Indonesia adalah buah sebangsa jeruk-jerukan bernama latin yang masih berkerabat dekat dengan Kawista. Buah ini tidak berasa pahit, justru buahnya beraroma harum dan berasa manis. Mungkin saja yang dimakan prajurit Majapahit adalah buah maja yang masih muda.

Buah Maja

Selain itu, buah maja juga sering dipertukarkan dengan buah berenuk yang terkadang juga disebut buah maja. Bahkan kedua buah ini sama-sama menjadi Maskot Mojokerto, Jawa Timur. Buah maja (Aegle marmelos) menjadi maskot kota Mojokerto, sedang buah berenuk (Crescentia cujete) menjadi maskot kabupaten Mojokerto.

 

Buah maja (Aegle marmelos) di pohonnya

 

Buah maja dikenal juga sebagai maja legi, dan maja batu. Di beberapa daerah dikenal sebagai bila (Bali), Maos (Madura), dan kabila (Alor). Di Melayu disebut sebagai bilakatau bel. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut sebagai bel fruit, bael fruit, atau wood apple. Maja mempunyai nama latin Aegle marmelos yang bersinonim dengan Belon marmelos W. F. Wight, dan Crateva marmelos L.

Tanaman maja (Aegle marmelos) merupakan pohon berkayu keras dengan tinggi sekitar 10-15 meter. Batangnya bulat mempunyai permukaan kulit yang kasar berwarna coklat. Pohon ini mempunyai banyak cabang. Daunnya tunggal berwarna hijau, berbentuk lonjong dengan ujung dan pangkal meruncing, dan tepi daun bergerigi. Bunganya majemuk.

Buah Berenuk

Buah maja berbentuk bulat agak lonjong dengan panjang sekitar 5-12 cm. Kulit buah berwarna hijau ketika muda dan menjadi coklat setelah tua. Daging buah berwarna kuning hingga jingga. Buahnya berair, beraroma wangi dan berasa manis. Satu pohon bisa menghasilkan 300-an butir buah. Buah maja biasanya masak pada musim kemarau bersamaan dengan daun-daunnya yang meluruh.

 

Buah maja (Aegle marmelos)

Tumbuhan ini terdapat di Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian ± 500 m dpl. Pohon maja mampu tumbuh di lahan basah seperti rawa-rawa maupun di lahan kering dan ekstrim.

Buah maja biasanya dimakan segar. Selain dikonsumsi buahnya, beberapa bagian tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Bagian itu seperti daun maja yang mempunyai khasiat sebagai obat kudis, akar dan kulit pohon berkhasiat sebagai obat sakit usus dan daging buahnya berkhasiat sebagai obat disentri.

Buah yang mengilhami pemberian nama kerajaan terbesar di Indonesia, Majapahit ini ternyata tidak pahit. Justru buah ini mempunyai rasa yang manis serta berkhasiat sebagai tanaman obat. Meskipun harus diakui bahwa tanaman ini seringkali saling rancu dengan pohon bernama ilmiah Crescentia cujete yang terkadang disebut juga maja.

Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Upakelas: Rosidae; Ordo: Sapindales; Famili: Rutaceae; Genus: Aegle; Spesies: Aegle marmelos.

Referensi dan gambar:

Mengenal Lagu “Anging Mammiri”. Dan Cerita di Baliknya

$
0
0

Sahabat semua mengenal lagu ‘Anging Mammiri’ sebagai adalah salah satu lagu tradisional suku Bugis di Sulawesi Selatan kan? Biasanya, banyak yang hanya tahu lirik pertamanya saja “Angin Mamiri Kupasang”, yang sering kita artikan sebagai “Angin mamiri yang saya pasang”. Hehe

Tahukah anda, bahwa lagu ini juga identik dengan Kota Makassar. Yang menjadi pertanyaan, sebenarnya, apa arti dari Anging Mammiri, atau apa makna/cerita dibaliknya?


Anging Mammiri menceritakan tentang seorang wanita yang memendam rindu yang menggunung kepada kekasih hatinya yang jauh.

Rasa rindu tersebut membuat dia tak tenang. Suatu saat, wanita itu berdiri di ujung jendela rumahnya dan melantunkan syair-syair yang berisikan kata sayang dan rindu, berharap kepada angin yang berhembus pesan tersebut sampai kepada sang kekasih.

Bahkan sebelum tidur, wanita tersebut menepuk-nepuk bantal sambil menyebut nama sang kekasih dan masih berharap angin akan menyampaikan rasa gundah gulananya tersebut. Ajaibnya, beberapa hari setelah sang wanita mengucapkan syair tersebut, dia pun mendapat kabar bahwa kekasihnya telah tiba dari perantauan dan akhirnya bertemu kembali. Cerita itupun menyebar. Semenjak itu, istilah Anging Mamiri menjadi populer dan erat kaitannya dengan kerinduan.

Masih ingat liriknya? Berikut kami lampirkan juga artinya. Kini, sambil berdendang, yuk..kita resapkan maknanya. :)

(TEXT LAGU DALAM BAHASA MAKASSAR)

Angin mamari ku pasang
Pitujui tongtongana
Tusarua takka lupa
Eaule na mangu rangi
Tutenaya, tutenaya parisina

Batumi angin mamiri
Angin ngerang dingin-dingin
Nama lonta sari kuku
Eaule na mangu rangi
Matolorang, matolorang jenemato

(TERJEMAHAN TEKS LAGU DALAM BAHASA INDONESIA)

Wahai angin yang bertiup semilir, aku menitip pesan
Sampaikanlah hingga ke jendela rumahnya
Pada dia yang sering melupakan
Eaule .. Hingga dia dapat teringat
Si dia yang tak memiliki simpati

Datanglah wahai angin yang bertiup semilir
Angin yang membawa rasa dingin
Yang menusuk hingga ke sumsum tulang
Eaule .. Agar dia teringat
bercucuranlah, bercucuranlah air mata

Alam dan Kosmologi Suku Baduy

$
0
0

by Ferry Fathurokhman

Hari itu, tas ransel hitam saya penuh beban. Empat kilogram beras, satu kilogram ikan asin, tujuh bungkus mi instan, bekal makan siang dari istri, empat buku tentang Baduy, dan sebuah buku catatan. Semua itu saya bawa ke Cibeo, sebuah Kampung Baduy Dalam di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Banten. Saya akan menulis tesis mengenai hukum pidana adat Baduy.

Tema tesis ini saya peroleh setelah berdiskusi dengan seorang kawan, Abdul Hamid, di sebuah hotel di Semarang, Jawa Tengah. Pemantiknya, ada kasus pembunuhan yang melibatkan warga Baduy dan luar Baduy. Dan bersegeralah saya mengumpulkan dan mempelajari bahan bacaan mengenai segala sesuatu yang terkait Baduy.

Dari semua bahan bacaan itu, hampir semua penulis Baduy selalu mencantumkan filosofi Baduy: “lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung”, yang artinya panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh disambung. Filosofi ini memberikan pedoman bagi masyarakat Baduy dalam berinteraksi dengan tata kosmos, alam semesta. Saya menutup sebuah buku Baduy dan bergumam “Ada hubungan apa antara Baduy dengan alam?”

Desa Kanekes
Kanekes adalah nama sebuah desa dimana komunitas masyarakat Baduy berada. Ibukota Desa Kanekes adalah Kampung Kadu Ketug III, atau dikenal juga dengan nama Babakan Cigoel yang menjadi tempat Jaro Dainah berada. Dalam struktur adat Baduy, Jaro Dainah menjabat sebagai Jaro Pamarentahan yang bertugas, antara lain, sebagai penghubung antara masyarakat Baduy dengan pemerintahan dan lingkungan di luar Baduy. Jaro Dainah berambut ikal dengan alis yang tebal. Berkumis, kulitnya sawo matang seperti kebanyakan orang Indonesia. Kita akan menemukan kesan yang tidak ramah jika baru pertamakali bertemu dan belum akrab. Namun, jika telah beberapa kali bertemu dan mengetahui maksud baik kita, maka obrolan tentang Baduy mengalir lancar dari mulutnya. Bahkan, ia tak sungkan memberikan data tertulis.

Desa Kanekes terdiri dari 59 kampung yang dibagi ke dalam tiga bagian: tiga kampung Baduy Dalam, 55 kampung Baduy Luar, dan satu kampung luar Baduy. Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik merupakan Kampung Baduy Dalam yang jumlahnya tidak akan berkurang atau bertambah. Selalu tiga kampung. Sementara, Kampung Baduy Luar dapat bertambah jumlah kampungnya seiring pertambahan penduduk dan pemekaran daerah. Satu kampung luar Baduy yang disebut Jaro Dainah adalah Cicakal Girang. Berbeda dengan Baduy Dalam dan Baduy Luar yang memeluk agama Sunda Wiwitan, seluruh warga Cicakal Girang merupakan pemeluk agama Islam.

 

Jadi, seluruh masyarakat Baduy tinggal di Desa Kanekes yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. Jaraknya sekitar lima puluh kilometer dari Rangkasbitung, ibukota Kabupaten Lebak. Desa yang teksturnya berbukit-bukit ini berada di kawasan Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 500 – 1.200 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas 5.101,85 hektar. Lembah-lembah di sana merupakan daerah aliran sungai dan hulu-hulu sungai yang mengalir ke sebelah utara. Bagian tengah dan selatan desa merupakan hutan lindung, yang oleh masyarakat Baduy sering disebut hutan tutupan atau hutan larangan.

Adapun jumlah penduduk Baduy mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 1888, orang Baduy berjumlah 291 jiwa dan menghuni sepuluh kampung. Di tahun berikutnya, ia meningkat menjadi 1.407 orang dan tinggal di 26 kampung (Jacobs, Meijer, 1891; Pennings, 1902). Pada 1928, jumlahnya meningkat lagi menjadi 1.521 orang (Tricht, 1929), dan pada 1966 menjadi 3.935 orang. Awal 1980, penduduk Desa Kanekes menjadi 4.057 orang, dan sepuluh tahun kemudian berjumlah 5.600 orang. Sedangkan pada 1999 menjadi tujuh ribuan orang (Kartawinata, 2000). (Ade Makmur, “Pamarentahan Baduy di Desa Kanekes: Perspektif Kekerabatan Pamarentahan Baduy in Kanekes: Kinship Perspective”, diunduh dari http://www.geocities.com/puslitmasbud_unpad/artikel_pamarentahan_Baduy.htm).

Data kekinian tentang jumlah kampung kemudian saya temukan dalam buku Masyarakat Baduy dalam Rentang Sejarah, yang ditulis Suhada, bahwa jumlah kampung di Desa Kanekes pada 1985 sebanyak 30. Pada 1996, meningkat menjadi 49 kampung, lalu pada 2000 meningkat lagi menjadi 52 kampung. Kini, menurut Jaro Dainah, jumlah kampung telah menjadi 59, dengan jumlah penduduk sebanyak 11.150 Jiwa.

Untuk mencapai masyarakat Baduy, aksesnya tidaklah sulit. Terminal pertama yang harus dituju adalah Terminal Bis Rangkas Bitung. Banyak bis yang menuju ke terminal ini; bisa dari terminal Pakupatan Serang atau langsung dari Jakarta. Sesampai di Terminal Rangkas Bitung, carilah PS atau Elf yang menuju Terminal Ciboleger. PS atau Elf adalah angkutan umum kategori mini bus yang bermesin truk PS. Atau, bisa juga menaiki angkutan umum menuju terminal kecil Aweh. Dari Terminal Aweh, baru kemudian naik PS menuju Ciboleger.

Ciboleger adalah desa terakhir yang bisa dimasuki kendaraan dan berbatasan dengan Desa Kanekes. Desa Kanekes hanya berjarak sekitar seratus meter dari Ciboleger. Jika sudah berada di Kanekes, itu artinya kita sudah berada di salah satu kampung Baduy Luar yang terluar, Babakan Cigoel, atau dikenal juga sebagai Kampung Kadu Ketug III.

Siang di Babakan Cigoel pada penghujung 2010, Jaro Dainah mempersilahkan saya salat di rumah singgah dengan diantar Saidam, warga setempat. Saya mendapat kabar dari Asep Bule, warga Ciboleger, bahwa rumah singgah adalah rumah yang disediakan hasil kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Lebak dan Haji Kasmin, warga Baduy Luar yang kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Banten dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Partai Golkar Lebak. Desain rumah singgah disamakan dengan rumah warga Baduy Dalam pada umumnya: rumah panggung, tiang kayu, anyaman bambu sebagai dinding dan hateup (atap) yang terbuat dari anyaman daun aren. Yang membedakan, pada rumah singgah telah dilengkapi dengan kamar mandi dan water closet (WC).

Ditemani Saidam, saya menuju rumah Ayah Mursyid di Cibeo. Beberapa bulan lalu, saya memang telah membuat janji untuk bertemu dengannya. Ayah Mursyid adalah wakil Jaro Cibeo, putra dari Puun Jandol. Perjalanan ke Cibeo cukup melelahkan. 2,5 jam perjalanan kaki. Naik turun bukit. Tiba di Cibeo, waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Saidam membawa saya ke jalan setapak yang biasa dipakai warga Baduy sehingga bisa lebih cepat sampai.

Alam Baduy
Memasuki Kampung Baduy Dalam Cibeo seperti mendapatkan sensasi tersendiri. Seperti menerobos dimensi waktu. Tak ada listrik dan bangunan tembok. Asri, alami, hening, dan gemericik air sungai mendominasi suasana. Jembatan bambu melintasi sungai menjadi tanda sudah memasuki Cibeo. Saya terpaku saat melihat seekor elang terbang berputar-putar di atas kepala saya, dekat, di atas rumah warga Cibeo.

Di sini, manusia dan alam hidup berdampingan. Bersahabat. Meski ada banyak yang dapat dituliskan mengenai Baduy, namun bagi saya yang paling menarik adalah bagaimana interaksi masyarakat adat Baduy yang dapat hidup berdampingan dengan alam selama ratusan tahun. Sungai yang baru saja saya lewati adalah sungai yang sama saat dua belas tahun lalu saya mengunjungi Cibeo. Tidak ada yang berubah. Tetap jernih, segar, dan tak ada secuilpun sampah plastik yang mengotorinya. Di Cibeo, saya menginap di rumah Ayah Mursyid. Makan, bicara, mendengarkan hingga larut malam, dan mengoreksi kekeliruan beberapa buku tentang Baduy. Saya juga mewawancarai Jaro Sami, Jaro Cibeo, keesokan harinya.

Masyarakat Baduy percaya bahwa alam adalah salah satu titipan yang maha kuasa untuk dilestarikan. Amanah dan kewajiban melestarikan alam jatuh pada Masyarakat Baduy. Oleh karenanya, semua sistem kehidupan Masyarakat Baduy berpedoman pada filosofi “lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung”, tidak terkecuali sistem hukum adat Baduy.

Resapan filosofi Baduy dapat dilihat di seluruh Kampung Baduy, khususnya pada Kampung Baduy Dalam seperti Cibeo. Cibeo terletak di pinggiran sungai. Di sungai inilah seluruh kebutuhan air warga Cibeo terpenuhi: mandi, minum dan semuanya. Airnya jernih tak berbuih. Warga Baduy Dalam tak diperkenankan menggunakan peralatan mandi semisal sabun, odol, dan sampo. Aturan ini juga tertuju pada para tetamu yang mengunjungi Cibeo. Dan inilah sebabnya mengapa selama ratusan tahun sungai di pinggiran Cibeo tetap sanggup menopang kehidupan warga Cibeo. Airnya tetap jernih, dingin, dan berhasil mengembalikan kesegaran tubuh kala saya mandi sore itu.

Sama halnya dengan makanan pokok orang Indonesia pada umumnya, makanan utama masyarakat Baduy adalah nasi. Namun, masyarakat Baduy tak menamam padi dengan bersawah. Mereka menanam padi huma – padi yang ditanam di tanah kebun, bukan sawah. Bagi masyarakat Baduy, kegiatan bersawah dan membajak tanah adalah terlarang. Ayah Mursyid menjelaskan ketentuan tersebut semata untuk menjaga keseimbangan alam.

Saya ingat, Suhada, salah satu penulis Baduy, pernah menjelaskan pada saya bahwa ada penelitian yang menunjukan pengolahan tanah menjadi sawah akan mengurangi kesuburan tanah dalam jangka panjang.

Masyarakat Baduy menyimpan hasil panen padi huma di sebuah leuit, lumbung padi. Leuit biasanya dibangun di pinggiran tiap kampung. Setiap keluarga memiliki leuit masing-masing. Leuit menyiratkan konsep ketahanan pangan masyarakat Baduy. Dan saya belum pernah mendengar warga Baduy kekurangan stok bahan pangan.

Sementara itu, selain semua rumah di Cibeo memiliki bentuknya yang sama, semua bahan yang digunakanpun berasal dari alam: batu, kayu, bambu, ijuk. Tak satupun bahan modern macam paku, batu bata, dan semen diperkenankan di Cibeo (Hal yang sama juga berlaku pada kampung Baduy Dalam lainnya). Dan meskipun bahan bangunan didapatkan dari alam sekitar, tak nampak adanya kerusakan hutan di Baduy. Masyarakat Baduy tidak mengeksploitasi alam; mereka hanya menggunakan seperlunya yang selalu dibarengi dengan pelestariannya.

Saya menyaksikan perwujudan keseimbangan itu. Di suatu pagi, saya melihat rombongan anak-anak dan beberapa ibu-ibu Cibeo sedang membawa kayu dari hutan menuju Cibeo. Rupanya, ada sebuah hajatan hari itu sehingga pemangku hajat membutuhkan kayu bakar untuk keperluan memasak. Kayu yang mereka bawa adalah kayu yang telah kering dan tua. Saidam menjelaskan bahwa kayu bakar tersebut didapat dari pohon yang sudah dimakan rayap atau batang pohon dan ranting yang jatuh terserak. Mereka tidak menebang pohon untuk kayu bakar. Kearifan lokal ini menjadikan Baduy dan hutan di sekitarnya hidup harmonis selama ratusan tahun.

Saya merasa bahwa hutan Pegunungan Kendeng di sekitar sini memang telah memilih masyarakat Baduy sebagai penghuninya. Keduanya berjodoh. Keduanya berusaha untuk tidak saling menyakiti. Hingga saat ini, saya tak pernah mendengar ada banjir yang melanda perkampungan Baduy. Menurut Jaro Sami, alam adalah salah satu yang dititipkan oleh yang maha kuasa pada masyarakat Baduy untuk dilestarikan. Pemahaman ini merata di masyarakat. Jaro Dainah juga pernah mengatakan hal yang sama.

Salah satu kewajiban masyarakat Baduy memang adalah melestarikan alam. Masyarakat Baduy bersekolah pada alam. Mereka belajar dan hidup dengan alam. Oleh karenanya, kita takkan menemukan seorang warga Baduy yang bersekolah formal. Sekolah adalah salah satu hal yang dilarang dalam kehidupan Baduy.

Praktik menyesuaikan diri dengan alam juga terlihat dari cara membangun rumah. Bagian paling bawah dari rumah adalah batu sebagai penopang tiang-tiang utama rumah yang terbuat dari kayu. Tetapi, tidak seperti rumah pada umumnya, masyarakat Baduy tidak menggali tanah untuk pondasi. Batu hanya diletakan di atas tanah. Jika kontur tanah tidak rata, maka bukan tanah yang menyesuaikan sehingga diratakan, tetapi batu dan tiang kayu yang menyesuaikan. Jadi, panjang pendeknya batu mengikuti kontur tanah.

Sekalipun masyarakat adat Baduy tinggal di tengah perbukitan yang dikelilingi hutan, namun tidak ada kerusakan hutan yang terjadi. Masyarakat adat Baduy dapat hidup harmonis berdampingan dengan lingkungan selama ratusan tahun tanpa merusak hutan. Padahal, mereka memanfaatkan hasil hutan tersebut dalam kesehariannya. Hal ini telah berlangsung lama meskipun masyarakat adat Baduy tidak mengenal konsep pembangunan berkelanjutan.

Masyarakat adat Baduy memang dikenal sangat patuh dan taat pada hukum adatnya. Ada banyak larangan dalam hukum adat Baduy, misalnya tidak boleh difoto (di dalam wilayah Baduy Dalam), naik kendaraan, atau memakai alas kaki. Jika bepergian ke Jakarta, Bogor atau Bandung dengan maksud memenuhi undangan ataupun mengunjungi tamu yang pernah datang ke Baduy, orang Baduy Dalam selalu berjalan tanpa alas kaki. Jika diketahui menggunakan kendaraan, maka ia akan dikenai sanksi adat hingga dikeluarkan dari Baduy Dalam menjadi Baduy Luar – Baduy Luar memiliki aturan yang lebih longgar dan berinteraksi lebih dengan dunia modern. Jika ditanyakan alasan kenapa tidak boleh ini dan itu, maka mereka akan menjawab dengan singkat “teu meunang ku adat” (tidak boleh oleh adat).

Pengakuan atas Masyarakat Adat dan Hutannya
Menurut Jaro Dainah, perwakilan masyarakat adat se-Indonesia pernah dikumpulkan dalam sebuah acara di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Bagian terpenting dari pertemuan tersebut adalah dijanjikannya sebuah undang-undang yang menjamin tentang keberadaan masyarakat adat beserta tanah yang melingkupinya. Undang-undang tersebut menurut Jaro Dainah hingga saat ini belum ada.

Meski demikian, dalam catatan saya, sebenarnya keberadaan masyarakat adat Baduy telah diakui dengan diterbitkannya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 32 Tahun 2001 tentang perlindungan hak ulayat masyarakat Baduy di wilayah Banten (www.hukumonline.com/berita/Berdayakan Masyarakat Hukum Adat untuk Perlindungan Lingkungan, 3/8/06). Bahkan, secara umum, masyarakat adat di Indonesia juga sudah diakui keberadaannya. Berbagai peraturan telah mempertegas eksistensi masyarakat adat. Dalam Undang-undang Dasar 1945, pengakuan tersebut dicantumkan dalam pasal 18B ayat 2 dan 18I ayat 3.

Pasal 18B ayat (2)
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Pasal 28I ayat (3)
Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.

Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan (yang mengalami perubahan dengan adanya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 tahun 2004) juga mengakui hak dari masyarakat hukum adat sebagaimana tercantum dalam pasal 67.

Pasal 67
(1) Masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya berhak:
a. melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat yang bersangkutan;
b. melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-undang; dan
c. mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
(2) Pengukuhan keberadaan dan hapusnya masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Selain itu, keberadaan hutan adat juga telah diakui oleh undang-undang ini dalam pasal 1, 4, dan 37.

Pasal 1
(6) Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.

Pasal 4
(3) Penguasaan hutan oleh negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaanya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.

Pasal 37
(1) Pemanfaatan hutan adat dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan, sesuai dengan fungsinya.
(2) Pemanfaatan hutan adat yang berfungsi lindung dan konservasi dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu fungsinya.

Masyarakat Baduy dan hutan memang telah lama hidup secara harmonis. Tidak ada penebangan kayu secara masif, tidak ada pencemaran air, tidak ada hutan yang gundul. Hal tersebut dikarenakan kultur masyarakat Baduy yang menyatu dengan alam.

Kerusakan Hutan di Baduy 
Keharmonisan antara masyarakat Baduy dan hutan di sekitarnya tak selamanya langgeng. Kemesraan keduanya mulai terusik. Hutan adat mulai dirambah orang luar Baduy; menebang pohon tanpa kearifan. Penyerobotan tanah ulayat masyarakat Baduy semakin sulit dikendalikan. Penyerobotan itu dilakukan warga luar Baduy dengan cara menebang hutan, mengerjakan ladang, dan membiarkan hewan ternak berkeliaran di tanah adat dalam kawasan hutan adat (www.kompas.com, Senin, 24 Mei 2004).

Dalam perjalanan pulang, saya menemukan jejak ternak berkaki empat. Saidam menjelaskan bahwa ternak semisal kerbau tersebut merupakan milik warga luar Baduy. Warga Baduy telah sering melaporkan persoalan ini ke Pemerintah Provinsi Banten melalui SebaSeba adalah adat tiap tahun untuk mengunjungi pemerintah yang berkuasa sebagai ajang silaturahmi.  Pada masa Banten masih di dalam wilayah Jawa Barat, Seba dilakukan dengan mengunjungi gubernur Jawa Barat, juga kabupaten-kabupaten di Banten, umumnya ke Lebak atau Serang.

Masyarakat Baduy juga sudah melakukan sosialisasi pada warga luar Baduy agar tidak menebang pohon di hutan adat. Bahkan, pelanggaran atas prinsip tersebut juga sudah dilaporkan ke kepolisian. Dalam Peraturan Daerah Banten Nomor 8 Tahun 2001 tentang hak ulayat Suku Baduy, ditetapkan bahwa wilayahnya seluas enam ribu hektar. Namun, kenyataannya wilayah ini kerap diserobot orang, termasuk pada kasus tanah seluas 9.500 hektar persegi yang telah disertifikatkan oleh Nyonya Mariam, anak mantan Kepala Desa Bojongmanik (Situs koran Sinar Harapan). Menurut Jaro Dainah, meski tanah ulayat Baduy sudah dilindungi peraturan daerah, pada praktiknya aturan tersebut tidak berjalan akibat lemahnya penegakan hukum oleh aparat (www.kompas.com, Senin, 24 Mei 2004).

Pada akhirnya, faktor ekonomi menjadi faktor paling utama dalam menyumbang kerusakan hutan di Baduy (lebih lanjut lihat Arif Hidayat dan FX Adji Samekto, Kajian Kritis Penegakan Hukum Lingkungan di Era Otonomi Daerah, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2007). Pemerintah belum memiliki komitmen yang kuat dalam melestarikan lingkungan, tidak hanya dalam tataran kebijakan, tetapi juga upaya kuat mendorong penegakan hukum dengan tak berpihak pada kekuatan ekonomi. Sementara, pihak perusahaan maupun perseorangan juga belum memiliki kesadaran dalam menjaga kelestarian lingkungan. Padahal, kesadaran tersebut dapat dilakukan dengan banyak cara, mulai dari penyuluhan hingga penegakan hukum sebagai upaya untuk menghasilkan efek pencegahan (deterrence effect).

Keharmonisan yang telah berlangsung lama antara masyarakat adat Baduy dan alam akhirnya terusik justru karena faktor di luar mereka. Sedikit demi sedikit, modernisasi mulai menjamah keharmonisan hubungan alam dan manusia. Kondisi ini sebenarnya menjadi “bom waktu” jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan tegas. Konflik horizontal pada akhirnya berpotensi terjadi antara masyarakat adat Baduy dengan masyakarat luar Baduy.

Pelajaran dari Baduy
Ayah Mursyid menjelaskan konsep kehidupan masyarakat Baduy hingga larut malam. Lewat temaram lilin, ia lalu menyadari saya mulai mengantuk. Dua buah bantal empuk bersarung putih ia berikan kepada saya. Saya tidur beralas tikar pandan karena memang tak ada kasur di Cibeo.

Banyak pelajaran yang saya dapat dari Baduy, diantaranya prinsip hidup masyarakat adat Baduy yang  tercermin dari petatah-petitih adat Baduy.

Gunung tak diperkenankan dilebur
Lembah tak diperkenankan
 dirusak
Larangan tak boleh di rubah
Panjang tak boleh dipotong

Pendek tak boleh disambung
Yang bukan harus ditolak yang jangan harus dilarang yang benar haruslah dibenarkan.

Kandungan penting dari aturan adat tersebut adalah konsep “tanpa perubahan apapun”, atau perubahan sesedikit mungkin. Saya kurang tahu, apakah dua belas tahun mendatang masyarakat adat Baduy masih dapat mempertahankan keharmonisannya dengan alam sebagaimana dua belas tahun yang lalu saat saya menginap di kampung ini, Cibeo, Baduy Dalam.

Mobil Tenaga Angin Karya Anak Bangsa. Pertama di Dunia ?

$
0
0

Pernah mendengar tentang mobil bertenaga angin? Tentu anda belum banyak mendengar berita menganai mobil ini. Kebanyakan mobil dan kendaraan lain yang berseliweran di jalanan kota menggunakan bahan bakar minyak atau gas. Kesemuanya menggunakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui kembali. Suatu saat jika sumber minyak bumi sudah habis, akan banyak kendaraan yang tidak dapat dipakai kembali.

Lain halnya jika menggunakan kendaraan berbahan bakar angin. Angin atau udara di Bumi ini tidak akan pernah habis. Kita dapat memanfaatkannya kembali jika kita ingin menggunakannya. Salah satu contoh kendaraan yang menggunakan tenaga angin adalah kendaraan ciptaan seorang dokter bernama Dokter Helmi Dja’far. Sekilas mobil ini terlihat seperti mobil jadul yang berdimensi kecil. Namun jangan salah, ternyata mobil yang wajahnya seperti bajaj ini memiliki mesin berbahan bakar angin rancangan beliau sendiri.

Dokter Helmi Dja’far, penemu Mobil Bertenaga Angin Teknologi yang digunakan dalam mobil bertenaga angin ini tergolong baru dan mungkin masih tergolong yang pertama di dunia. Bayangkan saja jika kita dapat berkendara dengan menggunakan tenaga angin. Pastilah biaya yang dikeluarkan akan sangat murah. Beberapa dari anda mungkin membayangkan bahwa mobil ini akan memiliki layar besar untuk membantunya bergerak. Namun kenyataannya tidak ditemui adanya layar menjulang dari mobil kecil berwarna hijau ini. Berawal dari hobinya yang suka otak-atik segala hal, beliau memanfaatkan limbah mobil bekas yang sudah tidak terpakai lagi.

Dokter Helmi Dja’far, penemu Mobil Bertenaga Angin

 

Mobil bekas ini dibelinya dengan harga sekitar Rp 7.5 jutaan yang kemudian dipreteli hingga sedemikian rupa. Mesin dan bodi mobil di lepas sehingga menyisakan rangka dan bodi bagian depan mobil. Bahkan ban mobil bertenaga angin ini pun telah diganti dengan ban sepeda motor yang sudah dimodifikasi. Ide pembuatan desain mobil ini didapatnya dari hasil karya putranya yang masih duduk di kelas 5 SD. Di bagian belakang mobil ini terdapat tabung udara besar yang biasa ditemui di rumah sakit. Tabung udara ini dapat diisi dengan udara hingga bertekanan 40 bar.

 

Dengan menggunakan uang hasil keringatnya sendiri, pak Dokter ini mulai membangun mobil impiannya bersama beberapa teman. Tak kurang Rp 300 juta sudah keluar untuk biaya riset dan pembangunan mobil ini. Mulai dari mesin generasi pertama yang memiliki dimensi besar sehingga kurang praktis, sampai sekarang memiliki dimensi mesin yang jauh lebih kecil. Meskipun demikian mesin kecil ini justru jauh lebih bertenaga dan juga lebih irit dibandingkan mesin yang lebih besar. Prinsip kerja yang digunakan dalam mobil ini sebenarnya cukup sederehana, yakni dengan memanfaatkan udara yang memuai di dalam mesin. Pemuaian ini nantinya akan menggerakkan roda gigi sehingga mobil dapat berjalan. Sekedar informasi saja, bahwa mobil ini sanggup berlari hingga lebih dari 70 km/jam.

Mekanisme Kerja Mesin Mobil Bertenaga Angin

 

Kecepatan yang sangat luar biasa untuk ukuran prototype mobil bertebaga angin. Mekanisme Kerja Mesin Mobil Bertenaga Angin Sayangnya dokter Dja’far masih merahasiakan mekanisme kerja mesin penggerak tenaga angin ini. Dia takut kalau hasil karyanya ini nanti dibajak oleh negara lain. Bahkan ketika dikonfirmasi oleh wartawan, pak dokter ini justru berkelakar bahwa mesin mobilnya menggunakan bantuan jin untuk membantunya bergerak. Hal ini tentunya menarik rasa penasaran baik peneliti dari dalam negeri bahkan hingga peneliti dari luar negeri. Beberapa waktu lalu dikabarkan bahwa ada perusahaan besar yang akan membeli mobil ini dengan harga hingga Rp 50 milyar.

Namun pak dokter sendiri masih enggan menjual hasil karyanya. Alasanya adalah takut jika hasil karyanya ini dibajak oleh orang lain. Padahal jika benar-benar diproduksi, biaya pembuatan mobil ini bahkan bisa ditekan hingga tidak lebih dari Rp 50 juta saja. Jauh lebih murah dari harga mobil baru 2015 atau mobil LCGC termurah sekalipun. Mesin Mobil Bertenaga Angin Namun tentu saja mobil ini masih memiliki kelemahan, yakni terbatasnya daya jelajah. Satu tabur udara besar berkapasitas besar tersebut hanya dapat membawa mobil ini melaju hingga jarak kurang dari 10km. yang artinya setiap 10km mobil ini harus diisi ulang dengan udara. Mungkin hal ini akan sangat cocok jika dikembangkan menjadi moda kendaraan umum seperti TransJakarta yang memiliki stasiun pengisian angin di setiap haltenya.

Tentunya pengisian angin ini akan jauh lebih singkat daripada harus mengisi atau recharge ulang listrik pada mobil bertenaga elektrik. Di masa depan jika mobil ini benar-benar akan diproduksi masal, tentunya polusi di bumi dapat ditekan lebih jauh lagi. Udara di kota-kota besar seperti di Jakarta akan kembali segar dan bersih. Tentunya mesin bertenaga udara ini tidak membutuhkan biaya dalam pengoperasiannya. Selain ramah lingkungan, biaya operasional yang murah, dan tentu saja dengan adanya mobil bertenaga angin ini nantinya masyarakat tidak akan dibingungkan dengan biaya kenaikan BBM seperti yang sudah-sudah.

Baca Selengkapnya >> http://www.pricearea.com/artikel/indonesia-pencipta-mobil-bertenaga-angin-pertama-di-dunia/


Kedahsyatan Pantai di Balik Alas Purwo

$
0
0

Nama Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi selama ini identik dengan keberadaan Pantai Plengkung. Namun, di balik taman nasional yang terletak di kawasan paling timur Pulau Jawa ini memiliki satu pantai lainnya yang tidak kalah eksotisnya dengan Pantai Plengkung yakni Pantai Triangulasi.

Pantai Triangulasi terletak di Desa Tegaldlimo, atau sekitar 70 km dari pusat Kota Banyuwangi. Lokasinya yang berada di dalam Taman Nasional Alas Purwo membuat perjalanan pengunjung menuju lokasi pantai bagaikan petualangan yang menarik dan menantang. Dari gerbang Alas Purwo menuju lokasi pantai berjarak sekitar 2 km atau dapat ditempuh sekitar 1 jam perjalanan, mengingat jalan yang ditempuh penuh dengan bebatuan.

Pantai Triangulasi mempunyai ciri eksotikanya sendiri. Hal ini bisa dilihat dari pantainya yang luas dengan hamparan pasirnya yang begitu putih. Ombaknya yang bergulung-gulung menjadikan pantai ini kurang diminati oleh peselancar dibandingkan dengan Pantai Plengkung yang memiliki ombak besar. Meski demikian, sesungguhnya Pantai Triangulasi mempunyai panorama pemandangan matahari terbenam yang sangat indah. Berdiri di pinggir pantai menghadap laut menyaksikan sang mentari terbenam perlahan-lahan di ufuk timur dengan warna langit yang kuning memerah menjadi pengalaman yang mengasyikan saat berada di pantai ini.

Menurut pihak Taman Nasional Alas Purwo, nama Triangulasi diambil dari nama tugu buatan pihak taman nasional untuk keperluan pemetaan Taman Nasional Alas Purwo. Mengingat lokasinya yang berada di dalam taman nasional, Pantai Triangulasi kerap menjadi tempat berkumpulnya binatang liar.

Pantai Triangulasi sangat cocok bagi mereka yang mencari serta mendambakan keheningan pantai dengan kesempurnaan pemandangan matahari terbenam. Jangan mengharapkan ada fasilitas wisata jika berlibur ke pantai ini, pasalnya Pantai Triangulasi bagaikan pantai mati namun dengan pemandangan alam yang sungguh menawan. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]

Pulau Mungil di NTB ini Menjadi Destinasi Tokoh-tokoh Dunia

$
0
0

By Anton Tri

Sebagian besar dari kita mungkin akan bertanya-tanya dengan Pulau Moyo. Bagi warga Indonesia, tak banyak yang mengetahui keberadaan Pulau yang berada di utara Pulau Sumbawa, NTB. Tapi untuk wisatawan dari mancanegara, pulau ini sudah memiliki nama.

Satu-satunya hotel berbintang lima yang ada pulau Moyo adalah Amanwana Resort. Keunikan dari resort ini adalah bentuk bangunannya yang didesain berbentuk tenda-tenda besar. Terletak di teluk terpencil yang menghadap Laut Flores, Amanwana seperti sebuah tempat persembunyian di belantara Pulau Moyo. Di resort inilah, para tokoh dunia seperti Lady Diana, Penyanyi Mick Jagger, hingga mantan pesepakbola yang pernah membela Manchester United, David Beckham dan Edwin van Der Sar pernah menghabiskan liburannya.

Resort di Pulau Moyo (richehotels.com.au)

Pulau Moyo ini termasuk bagian dari Kabupaten Sumbawa. Dengan luas 32.044,86 ha, Pulau berpenduduk 2.000 jiwa ini dijadikan Taman Wisata Alam Laut dengan luas 6.000 hektar mulai tahun 1986.

Air Terjun di Pulau Moyo (panoramio)

Tak cuma pemandangan sunset di pantai yang menjadi alasan traveler pergi kesini. Pulau Moyo juga menawarkan keindahan air terjun yang masih alami, yakni air terjun Diwu Mbai dan Mata Jitu. Air terjunnya benar-benar segar. Pantas saja, Putri Diana pernah menyempatkan diri mandi dan merasakan kesegaran air terjun di tengah hutan.

Berenang di Pantai yang Sebening Kaca (1.bp.blogspot.com)

Snorkling di Pulau Moyo (Priyo S.)

Untuk menuju Pulau Moyo, salah satu caranya dengan naik perahu rakyat dari Pelabuhan Muara Kali yang biasa membawa penumpang dari Pulau Moyo ke Sumbawa begitu juga sebaliknya. Ayo, coba backpackeran kesini dan yang terpenting, jangan meninggalkan sampah, ya!

viva.co.id

Ada Komponen Buatan Indonesia di Pesawat Boeing dan Airbus

$
0
0

Pabrikan pesawat kelas dunia seperti Boeing dan Airbus merupakan konsumen dari Honeywell Aerospace, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) yang pabriknya berlokasi di Bintan, Kepulauan Riau.

“Kita bikin 15% komponen pesawat. Jadi pesawat seperti Boeing dan Airbus itu ada bagian dari Honeywell,” ungkap Alex Pollack, Presiden Direktur Honeywell Indonesia, di Bintan, akhir pekan lalu.

Beberapa komponen tersebut antara lain Enhanced Ground Proximity Warning System (EGPWS), KSN (radar digital), KX155A (sistem komunikasi navigasi), dan AV850A (sistem audio). Boeing dan Airbus sudah cukup lama bekerja sama dengan Honeywell.

“Kerja sama ini sudah berlangsung lama, dan berfungsi sangat baik,” imbuhnya.

Pollack menambahkan, baik Airbus maupun Boeing biasanya langsung berurusan dengan perusahaan induk di AS. Dia pun mengaku tidak mengetahui harga dari produk tersebut.

“Jadi dari ini ekspor ke AS dan dibeli sama Airbus atau Boeing. Kemudian pesawat itu dijual ke perusahaan seperti Garuda dan Lion. Barang itu pun kembali ke Indonesia,” terangnya.

Pollack menyebutkan, dari total karyawan yang mencapai 200 orang hampir 90% adalah tenaga kerja asli Indonesia. Sehingga layak disebutkan bahwa produk yang dihasilkan adalah buatan Indonesia.

“Ada banyak karya teknologi dalam produk ini. Saya menyebutkan bahwa produk ini adalah made in Indonesia,” tukasnya.

(Detikcom)

Menjadikan Indonesia Kembali Kuat

$
0
0

Mungkin, salah satu yang paling membuat saya frustasi adalah seringnya saya melihat banyaknya alih fungsi lahan pertanian/perkebunan menjadi perumahan, industri, atau untuk peruntukan lain.  Betul, saya benar-benar frustasi, karena tentu saya tak bisa melakukan apapun untuk mengubahnya, namun setidaknya, mungkin..siapapun yang membaca ini, bisa mengerti apa yang membuat saya galau, dan mungkin punya power untuk mengubahnya (kalau bisa secepatnya, sebelum terlambat).

Begini..

Ke manapun saya pergi di Indonesia, terutama di kota-kota besar, saya melihat bangunan. Entah itu pertokoan, perumahan, atau bangunan-bangunan permanen lain. Saya tak melihat hal lain. Semuanya bangunan, tak ada rasanya kalau saya sedang berada di salah satu negara tropis terbesar di dunia.

Waktu saya SMP dulu, saya naik sepeda sepanjang Jl. Kaliurang km 10 hingga km 17. Bersepeda di jalan yang menanjang setiap pagi, bukannya melelahkan,  tapi justru suatu hal yang selalu saya nantikan setiap hari, dan kini…selalu saya rindukan. Penyebabnya satu, di sisi kiri dan kanan jalan, terhampar kehijauan padi dan sayuran, dengan lanskap tanah yang berbukit, diselingi pohon kelapa yang tinggi. Khas lanskap kawasan pegunungan di Jawa. Waktu itu memang, everything was taken for granted, ya…alam..ya begitulah. Kini, semuanya telah hilang, memang belum semuanya, tapi paling tidak…tak terlihat lagi dari jalan yang dulu biasa saya susuri memakai sepeda. Dan..sudah terlambat menyelamatkannya.

Perjalanan dari Surabaya ke Malang, adalah perjalanan 2 jam yang seharusnya menyenangkan. Dulu (konon), di sepanjang jalan itu, hamparan padi, dan tanaman pangan terpampang begitu luas, cermin nyata sebuah negara agraris, negara yang kuat di bidang penyediaan pangan. Kini, lihatlah. Kiri kanan penuh dengan bangunan, pertokoan, PKL, kantor yang ..sebenarnya mengganggu pemandangan di belakangnya. Di belakangnya, percaya atau tidak, ternyata masih ada lahan yang masih dipakai untuk pertanian…(entah sampai kapan).

Saya sendiri lahir dari keluarga petani, dan…masa kecil dan remaja saya, saya habiskan membantu Bapak dan Ibu saya bersawah. Menanam padi, kacang, jagung, tebu, bahkan tembakau adalah ‘santapan’ saya di luar sekolah. Saya menjadi tahu berbagai ilmu pertanian tradisional, misalnya cara menanam kacang yang baik, bagaimana agar ketela bisa tumbuh besar, atau bagaimana agar batang tebu menjadi manis ketika tua nanti. Saya menjadi tahu,  ya karena saya melakukannya dari kecil. Karena saya sudah biasa. Dan karena keluarga saya petani, dan karena (waktu itu), Indonesia (masih) negara agraris.

Di masa saya kecil itu, saya melihat anak-anak muda yang tak sungkan berkubang lumpur, atau bermandi debu, bersawah dan berladang. Saya masih ingat, di sebuah forum di sebuah kampus di Semarang, saya bertanya kepada sekitar 300 mahasiswa yang hadir di sana di ruangan itu “berapa dari kawan-kawan semua yang orang tuanya petani?” Ada cukup banyak yang mengangkat jari. “Berapa dari kawan-kawan semua, yang bisa pernah membantu Bapak Ibu bertani?” Ada beberapa yang mengangkat jari, tapi tak lebih dari 30 orang. Pertanyaan terakhir “Berapa dari kawan semua yang bisa bertani. (Artinya, jika diberi sebidang tanah, bisa memanfaatkannya untuk bertani)?”

Tak satupun yang mengangkat jari.

Diakui atau tidak, banyak generasi muda yang menganggap bahwa bertani identik dengan..kerja berat, kesengsaraan, kemiskinan, dan kegagalan.  Setidaknya, itu pandangan saya. Kita mungkin sering mendengar, ketika anak2 gagal dalam ujian, atau nilainya buruk di sekolah, di’ancam’ dengan kalimat “Sudah, kamu jadi petani saja. Nanam ketela” . Saya rasa, mentalitas dan mindset ini sudah terbentuk kuat, dan ‘melukai’ sektor pertanian kita.

Di sepanjang sawah yang saya sering lewati dari perjalanan Surabaya – Jogja, sangat jarang saya melihat pemuda-pemuda yang terjun ke sawah. Kebanyakan para petani kita adalah mereka-mereka yang sudah berumur. Kemana para pemuda-pemudi kita? Jalan-jalanlah ke Thailand atau Vietnam, banyak pemuda-pemuda yang dengan bangga bertani dan bercocok tanam. Dan lihatlah hasilnya..keduanya adalah pendekar-pendekar pangan di Asia Tenggara, bahkan Asia. Beras Vietnam dan buah-buahan dari Thailand merajai pasar. Salah satu titik lemah kita di sektor itu, mungkin karena para pemudanya enggan bertani.

Suka tak suka, Indonesia adalah negara agraris, negeri para petani. Para petani adalah para pahlawan-pahlawan bangsa, dan pertanian adalah satu sektor yang kita kuasai. DNA ekonomi Indonesia adalah pertanian, dan DNA itu sepertinya masih bisa kita selamatkan dan munculkan kembali. Kalau saja, ada usaha-usaha besar dan serius untuk mengembalikan ‘kehebatan’ bangsa ini bertani, insyaa Allah kita bisa menjadikan Indonesia bangsa yang kuat.

 

 

Memajukan sektor pertanian, tentu tak sekedar membuka lahan-lahan pertanian baru. Hal itu sama sekali tidak cukup. Ada hal-hal lain yang harus dilakukan, misalnya riset-riset pertanian di perguruan tinggi, penegakan hukum dalam alih fungsi lahan, sentra-sentra bibit, kecukupan pupuk dan obat-obatan anti hama, logistik hasil pertanian, penghapusan makelar-makelar hasil pertanian, dan…masih banyak lagi.

Benar, bukan kerja yang ringan.

Akhirnya, Kawasan ini Masuk ke Dalam Daftar Geopark Dunia

$
0
0

Kawasan Gunung Sewu akhirnya ditetapkan sebagai geopark dunia. Hal itu dipastikan setelah pihak UNESCO melakukan penilaian.”Akhirnya Gunung Sewu masuk dalam GGN (Global Geopark Network) pada sidang biro GGN/UNESCO,” ujar Sekretaris Daerah Kabupaten Gunungkidul Budi Martono.

“Alhamdulilah, akhirnya Gunung Sewu masuk dalam Global Geopark Network pada sidang biro GGN/UNESCO, 19 September, di Sanin, Kaigan, Jepang, dalam sidang Biro GGN/UNESCO,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Gunungkidul Budi Martono,

Pengukuhan kawasan Gunung Sewu sebagai geopark dunia dilakukan kemarin di Sanin, Kaigan, Jepang. Budi mengatakan, saat ini pihaknya tengah di Jepang untuk menerima penghargaan tersebut.

Gunung Sewu

“Saat ini saya di Jepang untuk menerimanya. Ini merupakan kebanggan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, dan Gunungsewu pada khususnya,”ucapnya.

Gunung Sewu merupakan karst yang membentang di tiga kabupaten di Jawa Timur, Yogyakarta, hingga Jawa Tengah. Yakni membentak di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan. Pemerintah sudah memperjuangkan kawasan Gunung Sewu agar masuk geopark dunia sejak lama.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Dan Kepariwisataan (Disbudpar) Gunungkidul Saryanto mengatakan, pihaknya sudah mendengar informasi tersebut. Pada 28 september 2015 akan ada pertemuan dengan perwakilan tiga kabupaten untuk membahasnya.”Kita akan bertemu untuk penajaman mengenai geopark ke depan,” katanya.

Jika sudah resmi menjadi geopark dunia, maka akan banyak keuntungan yang diperoleh. Di antaranya terkait promosi geoside (lokasi wisata) yang lebih mendunia. “Nantinya akan ikut dipromosikan di dunia,” tutur Saryanto.

Masuknya Gunung Sewu ke jajaran Global Geopark menambah jumlah Geopark yang sudah diakui internasinal menjadi dua lokasi. Sebelumnya Kaldera Batur atau Gunung Batur di Bali juga sudah termasuk dalam daftar Geopark sejak tahun 2012 yang lalu.

Viewing all 811 articles
Browse latest View live